Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska menyarankan DPR RI agar membentuk panitia khusus (pansus) dengan anggota yang berasal dari lintas komisi untuk menangani persoalan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yang berlebihan.

"Karena ini multisektor yang menanganinya, saya menganggap bahwa Panja ini tidak cukup. Saya menyarankan ini harus ada pansus lintas komisi," kata Darul dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panitia Kerja Pengawasan Produk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji dengan Kandungan Gula, Garam, Lemak Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.

Setelah dibentuk, kata dia melanjutkan, pansus tersebut dapat berperan memantau secara terus menerus penanganan konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebih oleh pemerintah.

Darul Siska menjelaskan saat ini panitia khusus itu penting untuk dibentuk karena terdapat kecenderungan penyakit yang ditimbulkan oleh GGL, seperti diabetes melitus hingga kanker mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

"Ada kecenderungan penyakit yang ditimbulkan GGL akan meningkat dari tahun ke tahun, apalagi tingkat literasi masyarakatnya rendah," ujar dia.

Selain pembentukan pansus, Darul Siska pun menyarankan agar pemerintah menghadirkan program kampanye nasional mengenai waspada terhadap pengonsumsian gula, garam, dan lemak berlebih.

Baca juga: BPOM tingkatkan literasi mengenai kandungan GGL yang aman
Baca juga: Kemenkes dorong industri pangan kurangi kandungan GGL


"Perlu program kampanye nasional bagaimana kita mewaspadai atau meningkatkan literasi masyarakat terhadap GGL," kata dia.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono telah menyampaikan mengenai kondisi konsumsi pangan mengandung gula, garam, dan lemak di Indonesia.

Ia mengatakan data dari GlobalData Q2 2021 Consumer Survey pada Juni 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik.

"Hal ini menjadi salah satu perhatian yang sangat penting untuk diintervensi dalam pengendalian konsumsi gula di Indonesia," ucapnya.

Diketahui bahwa MBDK dapat berisiko meningkatkan kejadian obesitas, diabetes, hipertensi, dan kematian akibat penyakit jantung koroner.

Selanjutnya, Yudhi menyampaikan pula bahwa Survei Konsumsi Makanan Individu dari Litbangkes pada 2014 menunjukkan rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia 2764 mg/orang/hari. Lalu, Survei Konsumsi Makanan Individu pada 2015 menunjukkan sebesar 27 persen penduduk Indonesia sudah mengonsumsi lemak total melebihi batas rekomendasi per hari atau sudah melebihi 67 gram per hari.