Manila (ANTARA News) - Cadangan minyak bumi dunia semakin menipis sementara keperluan energi dunia meningkat dua kali lipat pada pertengahan abad ini. "Karena itu kami berpikir bahwa gas bumi adalah alternatif energi masa depan dunia yang paling cepat bisa disediakan, murah, dan akrab lingkungan," kata Vice President Communication Shell, Andy Norman, di Manila, Rabu malam.




Norman memberi penjelasan kepada pers tentang Shell Eco-Marathon Asia 2014 yang digelar di Manila, pada 5-10 Februari ini. Eco-Marathon digagas Shell --sebagai produser minyak dunia-- sejak 1939 di Illinois, Amerika Serikat, yang dilandaskan pada kesadaran minyak bumi akan habis pada masanya nanti.




Sejak itu, gagasan menggelar kompetisi pemakaian energi sehemat mungkin pada kendaraan menjadi sasaran peningkatan kesadaran generasi muda dan dunia oleh Shell. Khusus untuk kompetisi ini, digelar balap mobil-mobil konsep dari berbagai kelas dan sumber bahan bakar kreasi dan inovasi generasi muda.




Selama tiga tahun terakhir, Malaysia menjadi tuan rumah Shell Eco-Marathon Asia hingga tahun lalu, sampai pada tahun ini dipindah ke Metro Manila untuk pertama kalinya, dalam satu sirkuit jalan raya yang rata.




Kali ini, Indonesia menyumbang 18 tim dari berbagai latar belakang, terbanyak di antara 124 tim dari 16 negara yang turut.




Gelaran ini dipandang sangat penting dan strategis bagi Shell, dengan berbagai alasan. Mobil-mobil konsep yang dilombakan dibagi dalam kelas prototipe dan prototipe urban, yang masih digolongkan pada sumber energi penggerak, yaitu listrik, bensin, dan solar.




Semakin jauh jarak yang bisa ditempuh pada jatah waktu dan makin efisien (rasio konsumsi energi terhadap jarak tempuh) maka dialah pemenangnya. Jadi belum tentu mobil pertama yang bisa menyentuh garis finish adalah pemenangnya.




Menurut Norman, keperluan energi dunia akan banyak disumbang negara ekonomi baru, dimana penduduknya memerlukan tambahan mobil, sistem pendingin udara di rumah, dan lain sebagainya.




"Pada pertengahan abad ini, keperluan energi dunia akan berlipat dua kali dari saat ini, juga pada keperluan air dan pangan," kata dia. Dunia telah sepakat, tiga hal ini bisa menjadi sumber konflik berkepanjangan pada masa mendatang.




"Shell melihat hal ini sebagai masalah sangat besar dan mendasar, bukan cuma masalahnya pemerintahan negara namun semua pihak secara bersama-sama. jika tidak segera dicarikan pemecahannya menjadi potensi sangat besar di dunia," kata dia.




Dia menyatakan, semua bentuk energi baru diperlukan secara bersamaan pada masa mendatang, baik itu dari gas, hidroelektrik, tenaga surya, angin, mineral dan batu bara, gas bumi, dan juga nuklir.




"Lingkar Asia-Pasifik menjadi penyedia utama gas di dunia sejalan peningkatan penyediaan infrastruktur di bidang gas ini; salah satunya dari Indonesia. Jadi beralasan jika gas menjadi alternatif yang perlu didorong, tinggal mewujudkan kebijakan pemerintahan yang kontinu dan jelas tentang ini," kata dia.




Menyinggung kehadiran sumber energi terbarukan, kata dia, itu sangat menarik untuk lebih dimasyarakatkan.




Namun, menurut dia, sejarah menunjukkan diperlukan waktu sekitar 30 tahun untuk menempatkan sumber energi baru untuk mengganti satu persen sumber energi yang dipakai pada saat itu. "Ini juga yang bisa terjadi pada gas bumi, angin, dan lain sebagainya," kata dia.