Seoul (ANTARA News) - Korea Utara dan Korea Selatan pada Rabu, mengadakan pembicaraan untuk melanjutkan pembahasan mengenai penyelenggaraan reuni keluarga yang terpisah oleh Perang Korea --sebuah isu krusial yang diduga telah dieksploitasi oleh Korut sebagai "alat tawar-menawar".

Pertemuan kedua belah pihak di desa Panmunjom, daerah perbatasan untuk gencatan senjata, bertujuan untuk menetapkan tanggal acara reuni keluarga Korea, yang merupakan ajang langka yang dilakukan kembali sejak 2010, demikian laporan AFP..

Kesepakatan tentang pelaksanaan reuni itu akan menjadi suatu tanda kemajuan antara dua rival yang dalam beberapa tahun terakhir ini telah berjuang untuk bekerja sama, bahkan berusaha saling membangun kepercayaan.

Sebelumnya, pembicaraan serupa antara Palang Merah Korut dan Korsel pada Agustus tahun lalu diakhiri dengan kesepakatan untuk mengadakan reuni pada bulan berikutnya bagi beberapa ratus anggota keluarga Korea yang terpisah.

Namun, pada saat proses seleksi selesai dan para anggota keluarga yang terpilih bersiap untuk berkumpul di resor Gunung Kumgang, pihak Korut tiba-tiba membatalkan reuni itu, yakni empat hari sebelum acara reuni dengan alasan adanya sikap "permusuhan" dari pihak Korsel.

Berdasarkan pengalaman itu, ada kekhawatiran besar bahwa acara reuni kali ini akan kembali gagal dan mengecewakan banyak anggota keluarga.

Korea Selatan akan memulai latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat pada akhir Februari, meskipun Korea Utara telah memperingatkan akan ada "konsekuensi" jika kedua negara itu tetap melaksanakan latihan militer tersebut.

Latihan militer tahunan Korsel-AS selalu menjadi isu diplomatik di semenanjung Korea, dan tahun lalu hal itu mengakibatkan ketegangan militer yang meningkat antara Korsel dan Korut selama beberapa periode.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk membawa kabar baik bagi keluarga Korea yang terpisah," kata kepala delegasi Korsel Lee Duck-Hang sebelum meninggalkan Seoul untuk menuju Desa Panmunjom.

Jika pembicaraan antara kedua pihak pada Rabu ini berakhir dengan perjanjian, setiap acara reuni Korea kemungkinan akan dijadwalkan setelah latihan militer gabungan, sehingga acara reuni dapat berjalan lancar tanpa terpengaruh ketegangan yang ditimbulkan latihan militer gabungan.

Pertemuan di Desa Panmunjom itu sendiri diatur setelah adanya proses maju-mundur selama berminggu-minggu, setelah Korea Utara pada bulan lalu secara mengejutkan menawarkan untuk melanjutkan pelaksanaan reuni.

"Jika reuni ini berjalan lancar ... Korea Utara akan menganggapnya sebagai sebuah kesempatan," ujar Yoo Ho-yeol, profesor bidang studi Korea Utara dari Universitas Seoul.

"Daripada membatalkan acara reuni lagi, Korut dan Korsel mungkin bisa mencoba mengekstrak konsesi, seperti memperkecil latihan militer bersama, atau pelonggaran sanksi Korea Selatan," tambahnya.

60 tahun setelah perang Korea berakhir, banyak dari anggota keluarga yang terpisah telah meninggal. Sebagian besar dari mereka yang masih hidup umumnya sudah berusia lanjut.

Program reuni keluarga Korea mulai digalakkan pada tahun 2000 setelah pertemuan puncak antar-Korea yang bersejarah. Peristiwa sporadis itu secara singkat telah mempersatukan kembali sekitar 17.000 keluarga.

Program reuni itu sempat dihentikan pada 2010 setelah adanya penembakan oleh pihak Korea Utara terhadap sebuah pulau perbatasan di Korea Selatan.

Korut menginginkan Korsel melanjutkan wisata reguler ke resor Gunung Kumgang di Korut karena hal itu telah memberikan sumber penghasilan yang sangat dibutuhkan Korut pada masa lalu.

Namun, pemerintah Korea Selatan menghentikan kegiatan wisata ke Korut setelah seorang turis wanita ditembak mati oleh penjaga keamanan Korea Utara pada 2008. Sejak saat itu Korsel berulang kali menolak upaya Korut untuk melanjutkan kembali ajang reuni keluarga, demikian laporan AFP.

(Y012)