Pemerintah tekan penarikan utang 12,2 persen menjadi Rp132,2 triliun
27 Juni 2024 14:32 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan realisasi APBN hingga Mei 2024 dalam konferensi pers APBN KiTa yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (27/6/2024). ANTARA/Imamatul Silfia
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menarik utang baru sebesar Rp132,2 triliun hingga Mei 2024, turun 12,2 persen (year-on-year/yoy) di tengah perlambatan penerimaan negara.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pemerintah mampu menurunkan realisasi penarikan utang karena memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun sebelumnya.
“Pembiayaan utang Mei bisa turun 12,2 persen pada saat penerimaan negara turun dan belanja naik karena kami juga menggunakan SAL tahun sebelumnya,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Sejalan dengan itu, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto juga turun sebesar 2 persen, dengan realisasi nilai Rp141,6 triliun hingga 31 Mei 2024.
Sementara pembiayaan non utang tercatat naik 49,2 persen menjadi Rp47,6 triliun.
Dengan demikian, total realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir Mei 2024 mencapai Rp84,6 triliun, turun tajam sebesar 28,7 persen yoy.
Menkeu menyampaikan, pembiayaan anggaran berhasil ditekan berkat pengelolaan fiskal yang hati-hati sejak pandemi COVID-19 pada 2020 lalu dan terus dilakukan secara konsisten pada masa pemulihan.
“Kami terus menjaga dan mengantisipasi adanya normalisasi seperti ini, dan ini terjadi, sehingga ini adalah dampak dari kehati-hatian kita menjaga APBN selama beberapa tahun terakhir yang dirasakan manfaatnya hari ini,” tutur dia.
Bendahara Negara itu memastikan pengelolaan pembiayaan anggaran akan terus dilakukan secara prudent dan antisipatif agar bisa melindungi APBN, termasuk pada situasi tekanan penerimaan negara, kenaikan belanja negara, dan guncangan perekonomian global.
“Ini suatu langkah yang disebut manajemen fiskal yang sangat prudent dan antisipatif. Tentu untuk bisa melindungi SBN Indonesia agar tidak mengalami tekanan yang sifatnya besar dan tidak rasional. Ini adalah cara kita mengelola APBN secara hati-hati,” ujar Sri Mulyani.
APBN pada Mei 2024 mengalami defisit sebesar 0,10 persen dengan nilai Rp21,8 triliun. Pendapatan negara tercatat sebesar Rp1.123,5 triliun atau melambat 7,1 persen dan belanja negara Rp1.145,3 triliun atau tumbuh 14 persen.
Baca juga: BI: Utang luar negeri Indonesia pada April 2024 turun
Baca juga: Menkeu sebut pengelolaan defisit APBN RI lebih baik dari negara lain
Baca juga: Menkeu sebut kepercayaan market penting dalam pengelolaan utang
Baca juga: Menkeu: Utang 2025 perlu disikapi dengan hati-hati
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pemerintah mampu menurunkan realisasi penarikan utang karena memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun sebelumnya.
“Pembiayaan utang Mei bisa turun 12,2 persen pada saat penerimaan negara turun dan belanja naik karena kami juga menggunakan SAL tahun sebelumnya,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Sejalan dengan itu, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto juga turun sebesar 2 persen, dengan realisasi nilai Rp141,6 triliun hingga 31 Mei 2024.
Sementara pembiayaan non utang tercatat naik 49,2 persen menjadi Rp47,6 triliun.
Dengan demikian, total realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir Mei 2024 mencapai Rp84,6 triliun, turun tajam sebesar 28,7 persen yoy.
Menkeu menyampaikan, pembiayaan anggaran berhasil ditekan berkat pengelolaan fiskal yang hati-hati sejak pandemi COVID-19 pada 2020 lalu dan terus dilakukan secara konsisten pada masa pemulihan.
“Kami terus menjaga dan mengantisipasi adanya normalisasi seperti ini, dan ini terjadi, sehingga ini adalah dampak dari kehati-hatian kita menjaga APBN selama beberapa tahun terakhir yang dirasakan manfaatnya hari ini,” tutur dia.
Bendahara Negara itu memastikan pengelolaan pembiayaan anggaran akan terus dilakukan secara prudent dan antisipatif agar bisa melindungi APBN, termasuk pada situasi tekanan penerimaan negara, kenaikan belanja negara, dan guncangan perekonomian global.
“Ini suatu langkah yang disebut manajemen fiskal yang sangat prudent dan antisipatif. Tentu untuk bisa melindungi SBN Indonesia agar tidak mengalami tekanan yang sifatnya besar dan tidak rasional. Ini adalah cara kita mengelola APBN secara hati-hati,” ujar Sri Mulyani.
APBN pada Mei 2024 mengalami defisit sebesar 0,10 persen dengan nilai Rp21,8 triliun. Pendapatan negara tercatat sebesar Rp1.123,5 triliun atau melambat 7,1 persen dan belanja negara Rp1.145,3 triliun atau tumbuh 14 persen.
Baca juga: BI: Utang luar negeri Indonesia pada April 2024 turun
Baca juga: Menkeu sebut pengelolaan defisit APBN RI lebih baik dari negara lain
Baca juga: Menkeu sebut kepercayaan market penting dalam pengelolaan utang
Baca juga: Menkeu: Utang 2025 perlu disikapi dengan hati-hati
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: