Pertamina kembangkan pembangkit hibrida di Dusun Bondan Cilacap
26 Juni 2024 14:04 WIB
Pembangkit listrik hibrida (PLTH) dari Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-mas Bayu) PT Pertamina Kilang Internasional (KPI) di Dusun Bondan, Cilacap, Jawa Tengah. ANTARA/HO-PT KPI.
Jakarta (ANTARA) - Pertamina berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC) mengembangkan energi listrik tenaga hibrida (PLTH) berdaya 6.000 Watt Peak (WP) dengan 5 kincir angin dan 12 panel surya untuk dimanfaatkan warga di Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Cilacap, Jawa Tengah.
Pembuatan pembangkit hibrida tersebut sebagai bagian dari pengembangan Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-mas Bayu) yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengingat warga di dusun tersebut kesulitan mengakses listrik.
Manager CSR dan Small Medium Enterprise Partnership Program (SMEPP) PT KPI Edward Manaor Siahaan dalam keterangan di Jakarta, Rabu, menuturkan, Program E-Mas Bayu ini merupakan komitmen Pertamina untuk mengembangkan energi bersih berwawasan lingkungan.
"Tujuannya agar masyarakat di dusun tersebut dan sekitarnya bisa mendapatkan energi untuk penerangan kehidupan mereka,” ujar Edward menambahkan.
Untuk mendukung keberadaan dan keberlanjutan PLTH, lanjut Edward, dibentuk kelompok pengelola PLTH. Mereka mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan dan pemeliharaan PLTH. Pemerintah desa juga memberikan respons positif dengan membuat peraturan desa pertama yang mengatur tentang pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan energi baru terbarukan.
Kapasitas listrik yang dibangun kemudian bertambah menjadi 12.000 WP dan diresmikan pengoperasiannya pada akhir 2020. Penggunaan energi terbarukan sebesar itu berhasil mengurangi emisi hingga 7,51 ton C02 equivalen per tahun. Listrik dialirkan ke rumah 37 Kepala Keluarga yang mencakup 242 orang,masing-masing 500 watt, masjid, sekolah, dan dua rumah produksi.
Mohamad Jamaludin, tokoh pemuda Dusun Bondan yang juga Local Hero Program E-mas Bayu mengatakan, Dusun Bondan masuk dalam wilayah administrasi Desa Ujungalang yang berkategori sebagai desa tertinggal. Untuk menjangkau wilayah ini harus menggunakan perahu compreng atau kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Dermaga Sleko, yang lokasinya tidak jauh dari Nusakambangan, Cilacap.
Ia mengatakan sebelum ada PLTH, warga umumnya menggunakan pelita minyak tanah untuk penerangan. Sebagian warga ada yang menarik kabel dari kelurahan lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga 5 kilometer.
"Dengan adanya PLTH pengeluaran warga untuk keperluan penerangan berkurang drastis. Dari semula rata-rata Rp75 ribu - Rp100 ribu per KK menjadi Rp25 ribu. Saat ini, 100 persen anak usia pelajar yang sebelumnya tidak bisa belajar di malam hari, sudah bisa leluasa belajar di malam hari karena sudah diterangi oleh cahaya lampu,” kata Jamal, sapaan Mohamad Jamaludin.
PLTH juga memberikan beragam manfaat untuk masyarakat. Selain digunakan untuk menghasilkan penerangan, listrik dimanfaatkan untuk mengoperasikan aerator tambak kelompok nelayan melalui Program Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mba Mina) yang diinisiasi oleh Pertamina.
Ketersediaan listrik juga mempermudah warga Dusun Bondan mendapatkan air bersih setelah Pertamina menginisiasi Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesimas) untuk mengubah air payau menjadi air tawar sehingga dapat dikonsumsi warga. Rata-rata sehari diproduksi 2.000 liter air tawar yang bisa dimanfaatkan oleh 78 KK serta 1 rumah produksi UMKM pesisir.
Jamal mengatakan, warga yang memanfaatkan air dari fasilitas Sidesimas hanya dibebani iuran sebesar Rp1.500 per jeriken isi 30 liter sebagai biaya perawatan. Jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli atau mencari air bersih ke Nusakambangan yang membutuhkan biaya Rp200 ribu untuk operasional perahu atau membeli air sekitar Rp3.000-Rp5.000 per jeriken.
Keberadaan Program E-Mas Bayu juga mendorong lahirnya kelompok UMKM Ibu Mandiri dan Ibu Mekar Jaya. Mereka mengolah sebagian hasil tambak menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Pendapatan anggota Kelompok Ibu Mandiri yang awalnya Rp1 juta meningkat menjadi Rp2 juta.
Jamal dan tokoh masyarakat berinisiatif mendirikan koperasi yang mengoordinasikan bisnis listrik, perikanan, makanan olahan dari UMKM, dan lain-lain.
“Koperasi menjadi induk kegiatan dan sentra bisnis masyarakat Bondan,” kata Jamal, yang ditunjuk menjadi ketua koperasi tersebut.
Koperasi yang kini sudah memiliki aset ratusan juta rupiah, menyediakan kapal cepat yang selalu siaga untuk berbagai keperluan warga, terutama mengantar yang sakit atau mau melahirkan ke fasilitas kesehatan terdekat di kecamatan.
“Dengan perahu cepat fasilitas kesehatan terdekat bisa ditempuh dalam 30 menit atau paling lambat 45 menit. Perahu cepat ini gratis. Koperasi menyediakan BBM termasuk pengemudi,” kata Jamal.
Baca juga: PT KPI unggulkan Green Refineries guna gaet investor strategis
Baca juga: PT KPI Dumai penyumbang keuntungan terbesar kedua kilang se-Indonesia
Pembuatan pembangkit hibrida tersebut sebagai bagian dari pengembangan Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-mas Bayu) yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengingat warga di dusun tersebut kesulitan mengakses listrik.
Manager CSR dan Small Medium Enterprise Partnership Program (SMEPP) PT KPI Edward Manaor Siahaan dalam keterangan di Jakarta, Rabu, menuturkan, Program E-Mas Bayu ini merupakan komitmen Pertamina untuk mengembangkan energi bersih berwawasan lingkungan.
"Tujuannya agar masyarakat di dusun tersebut dan sekitarnya bisa mendapatkan energi untuk penerangan kehidupan mereka,” ujar Edward menambahkan.
Untuk mendukung keberadaan dan keberlanjutan PLTH, lanjut Edward, dibentuk kelompok pengelola PLTH. Mereka mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan dan pemeliharaan PLTH. Pemerintah desa juga memberikan respons positif dengan membuat peraturan desa pertama yang mengatur tentang pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan energi baru terbarukan.
Kapasitas listrik yang dibangun kemudian bertambah menjadi 12.000 WP dan diresmikan pengoperasiannya pada akhir 2020. Penggunaan energi terbarukan sebesar itu berhasil mengurangi emisi hingga 7,51 ton C02 equivalen per tahun. Listrik dialirkan ke rumah 37 Kepala Keluarga yang mencakup 242 orang,masing-masing 500 watt, masjid, sekolah, dan dua rumah produksi.
Mohamad Jamaludin, tokoh pemuda Dusun Bondan yang juga Local Hero Program E-mas Bayu mengatakan, Dusun Bondan masuk dalam wilayah administrasi Desa Ujungalang yang berkategori sebagai desa tertinggal. Untuk menjangkau wilayah ini harus menggunakan perahu compreng atau kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Dermaga Sleko, yang lokasinya tidak jauh dari Nusakambangan, Cilacap.
Ia mengatakan sebelum ada PLTH, warga umumnya menggunakan pelita minyak tanah untuk penerangan. Sebagian warga ada yang menarik kabel dari kelurahan lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga 5 kilometer.
"Dengan adanya PLTH pengeluaran warga untuk keperluan penerangan berkurang drastis. Dari semula rata-rata Rp75 ribu - Rp100 ribu per KK menjadi Rp25 ribu. Saat ini, 100 persen anak usia pelajar yang sebelumnya tidak bisa belajar di malam hari, sudah bisa leluasa belajar di malam hari karena sudah diterangi oleh cahaya lampu,” kata Jamal, sapaan Mohamad Jamaludin.
PLTH juga memberikan beragam manfaat untuk masyarakat. Selain digunakan untuk menghasilkan penerangan, listrik dimanfaatkan untuk mengoperasikan aerator tambak kelompok nelayan melalui Program Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mba Mina) yang diinisiasi oleh Pertamina.
Ketersediaan listrik juga mempermudah warga Dusun Bondan mendapatkan air bersih setelah Pertamina menginisiasi Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesimas) untuk mengubah air payau menjadi air tawar sehingga dapat dikonsumsi warga. Rata-rata sehari diproduksi 2.000 liter air tawar yang bisa dimanfaatkan oleh 78 KK serta 1 rumah produksi UMKM pesisir.
Jamal mengatakan, warga yang memanfaatkan air dari fasilitas Sidesimas hanya dibebani iuran sebesar Rp1.500 per jeriken isi 30 liter sebagai biaya perawatan. Jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli atau mencari air bersih ke Nusakambangan yang membutuhkan biaya Rp200 ribu untuk operasional perahu atau membeli air sekitar Rp3.000-Rp5.000 per jeriken.
Keberadaan Program E-Mas Bayu juga mendorong lahirnya kelompok UMKM Ibu Mandiri dan Ibu Mekar Jaya. Mereka mengolah sebagian hasil tambak menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Pendapatan anggota Kelompok Ibu Mandiri yang awalnya Rp1 juta meningkat menjadi Rp2 juta.
Jamal dan tokoh masyarakat berinisiatif mendirikan koperasi yang mengoordinasikan bisnis listrik, perikanan, makanan olahan dari UMKM, dan lain-lain.
“Koperasi menjadi induk kegiatan dan sentra bisnis masyarakat Bondan,” kata Jamal, yang ditunjuk menjadi ketua koperasi tersebut.
Koperasi yang kini sudah memiliki aset ratusan juta rupiah, menyediakan kapal cepat yang selalu siaga untuk berbagai keperluan warga, terutama mengantar yang sakit atau mau melahirkan ke fasilitas kesehatan terdekat di kecamatan.
“Dengan perahu cepat fasilitas kesehatan terdekat bisa ditempuh dalam 30 menit atau paling lambat 45 menit. Perahu cepat ini gratis. Koperasi menyediakan BBM termasuk pengemudi,” kata Jamal.
Baca juga: PT KPI unggulkan Green Refineries guna gaet investor strategis
Baca juga: PT KPI Dumai penyumbang keuntungan terbesar kedua kilang se-Indonesia
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: