Tiga bocah Kamboja tewas dalam ledakan mortir tua
31 Januari 2014 17:50 WIB
Anak-anak sangat rentan dan sering menjadi korban ranjau darat dan ranjau anti personel yang tersisa dari peperangan. Kecepatan lesat proyektil logam dan peledak di dalam ranjau bisa lebih dari 600 meter perdetik dalam jumlah masif dan cakupan hampir radial. (landmineaction.org)
Phnom Penh (ANTARA News) - Sebuah mortir 60 mm meledak di bagian utara Kamboja pada Kamis sore, menewaskan dua bocah laki-laki dan seorang anak perempuan, kata polisi setempat.
Korban berusia delapan hingga 13 tahun, kata Pheng Lun, kepala polisi warga pedesaan Por, tempat kecelakaan itu terjadi, seperti dilaporkan Xinhua.
"Para korban menemukan mortir saat mereka menggembalakan ternak di sawah, dan mereka menggunakan batu-batu untuk melempari benda tersebut, yang kemudian memicu ledakan," katanya, dan menambahkan bahwa dua dari korban adalah saudara kandung.
Mortir-mortir itu adalah sisa selama waktu perang, katanya.
Ranjau darat dan senjata artileri yang masih aktif telah menewaskan 22 orang dan melukai 89 lainnya pada tahun 2013, demikian menurut laporan Cambodian Mine Action Authority yang disiarkan awal pekan ini.
Ranjau darat dan senjata yang masih aktif banyak ditemui di Asia Tenggara. Diperkirakan terdapat 4.000.000-6.000.000 ranjau darat dan amunisi lainnya yang tersisa dari tiga dekade perang dan konflik internal yang berakhir pada 1998.
Heng Ratana, direktur umum Cambodia Mine Action Center, mengatakan bahwa lebih dari tiga juta ranjau darat dan artileri yang masih aktif telah diangkat dan dihancurkan.
Kamboja tengah mencari dana sekitar 50 juta dolar AS tahun sampai tahun 2020 untuk menyingkirkan sepenuhnya semua jenis ranjau anti-personel.
(H-AK)
Korban berusia delapan hingga 13 tahun, kata Pheng Lun, kepala polisi warga pedesaan Por, tempat kecelakaan itu terjadi, seperti dilaporkan Xinhua.
"Para korban menemukan mortir saat mereka menggembalakan ternak di sawah, dan mereka menggunakan batu-batu untuk melempari benda tersebut, yang kemudian memicu ledakan," katanya, dan menambahkan bahwa dua dari korban adalah saudara kandung.
Mortir-mortir itu adalah sisa selama waktu perang, katanya.
Ranjau darat dan senjata artileri yang masih aktif telah menewaskan 22 orang dan melukai 89 lainnya pada tahun 2013, demikian menurut laporan Cambodian Mine Action Authority yang disiarkan awal pekan ini.
Ranjau darat dan senjata yang masih aktif banyak ditemui di Asia Tenggara. Diperkirakan terdapat 4.000.000-6.000.000 ranjau darat dan amunisi lainnya yang tersisa dari tiga dekade perang dan konflik internal yang berakhir pada 1998.
Heng Ratana, direktur umum Cambodia Mine Action Center, mengatakan bahwa lebih dari tiga juta ranjau darat dan artileri yang masih aktif telah diangkat dan dihancurkan.
Kamboja tengah mencari dana sekitar 50 juta dolar AS tahun sampai tahun 2020 untuk menyingkirkan sepenuhnya semua jenis ranjau anti-personel.
(H-AK)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: