Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengkhawatirkan pembukaan lahan oleh masyarakat di sekitar Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau GAW, Bukit Kototabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat berdampak pada eksistensi keakuratan data stasiun yang hanya berjumlah 30 di dunia tersebut.

"Saat ini memang belum mengganggu secara signifikan. Namun, BMKG khawatir pembukaan lahan di sekitar stasiun ini meluas dan tidak terkendali," kata Perekayasa Utama BMKG Urip Haryako di Padang, Rabu.

Hal tersebut disampaikan Urip pada kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Perubahan Iklim dan Kualitas Udara yang bekerja sama dengan GAW Bukit Kototabang dan Universitas Negeri Padang.

Sebelum Stasiun GAW beroperasi, Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) telah memberikan sejumlah aturan ketat yang wajib dipatuhi di antaranya lokasi stasiun harus terhindar dari polusi udara.

Ia mencontohkan apabila masyarakat di sekitar Stasiun GAW membakar sampah otomatis menghasilkan karbon dioksida atau CO2. Karbon dioksida tersebut akan langsung terbaca oleh Stasiun GAW.

Baca juga: BRIN: Kegiatan antropogenik picu kebakaran hutan dan lahan
Baca juga: LIPI: Degradasi terumbu karang di Teluk Ambon dampak pembukaan lahan


Hingga saat ini BMKG masih bisa mengeliminasi karbon dioksida hasil pembakaran sampah oleh masyarakat setempat. Namun, yang dikhawatirkan ialah karbon dioksida jangka panjang yang dapat mengganggu eksistensi keakuratan data stasiun.

"Jadi, BMKG mengkhawatirkan adanya perluasan pembukaan lahan yang tidak terkendali," ujar dia menegaskan.

Sementara itu, Kepala Stasiun GAW Bukit Kototabang Sugeng Nugroho mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Agam khususnya Kecamatan Palupuah serta nagari (desa) di sekitar stasiun.

Dalam waktu dekat Stasiun GAW Bukit Kototabang akan meningkatkan sosialisasi pentingnya menjaga kondisi lingkungan di sekitar stasiun. Sebab, jangan sampai hasil pemantauan atmosfer tidak diakui dunia.

Di satu sisi BMKG memahami perluasan lahan atau pembukaan lahan baru di sekitar stasiun berkaitan dengan sumber pendapatan masyarakat. BMKG menyarankan agar warga yang sudah terlanjur membuka lahan untuk menanam pohon atau tumbuhan produktif serta membantu meningkatkan kualitas udara yang lebih baik.

"Misalnya masyarakat bisa menanam pisang, durian dan sejenisnya. Selain nilai ekonominya dapat sisi ekologisnya juga terjaga," jelas dia.