Bali punya transportasi bus listrik berteknologi pintar tahun 2025
25 Juni 2024 19:35 WIB
Kepala Dishub Bali IGW Samsi Gunarta saat workshop penggunaan intelligent transport system (ITS) dalam angkutan bus listrik di Denpasar, Selasa (25/6/2024). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
Denpasar (ANTARA) - Dinas Perhubungan (Dishub) Bali mengatakan angkutan cepat bus listrik (eBRT) yang disiapkan untuk transportasi umum di Bali akan terhubung dengan intelligent transport system (ITS) dan mulai beroperasi 2025.
“Sudah berproses tahun ini, 2025 dia harus berjalan, ini dua koridor dari lintas utara-selatan kawasan Ubung-Bandara Ngurah Rai lewat kota, kemudian timur-barat dari kawasan Sanur ke Seminyak,” kata Kepala Dishub Bali IGW Samsi Gunarta.
Dalam kegiatan penyusunan kerangka kerja dan peta jalan pembangunan ITS pada bus listrik di Denpasar, Bali Selasa, Samsi menyebutkan salah satu keunggulan teknologi pintar ini dapat memberi kepastian ke calon pengguna bus perihal waktu tempuh dan jam-jam kedatangan angkutan.
Namun, untuk dapat menerapkan teknologi pintar ini, Dishub Bali perlu bekerja sama dengan Dinas PUPR dalam hal penyiapan infrastruktur jalan.
Menurut Samsi, untuk memastikan ketepatan waktu dan kecepatan eBRT, kendaraan tersebut tidak boleh mendapat halangan di jalan sehingga diperlukan jalur khusus dan jalur prioritas.
“Bus harus mempertahankan rata-rata kecepatan dari rute ke rute, dengan adanya keterbatasan infrastruktur yang bisa kami bangun mau tidak mau harus menggunakan jalan yang ada dan membutuhkan rekayasa,” ujarnya.
“Artinya selain dedicated lane (jalur khusus) mungkin orang itu dibatasi untuk masuk di sana, jadi jalur prioritas, itu harus menggandeng pedestrian yang bagus, memperhatikan keamanan dan keselamatan, oleh karena itu harus disiapkan sistem yang terintegrasi dan itu basisnya harus IT,” sambungnya.
Agar tidak mengejutkan masyarakat dengan rencana ini, Samsi mengaku sedang dalam tahap sosialisasi secara perlahan, sebab nantinya di jalur yang sehari-hari dimanfaatkan untuk kendaraan pribadi berpotensi untuk ditambah jalur khusus, jalur prioritas hanya untuk bus, atau jalur campuran tapi tanpa menghambat bus.
“Angkutan umum yang sudah ada masih ikut lalu lintas jadi kalau macet ikut macet, sementara nanti eBRT tidak boleh, macet dia harus tetap jalan, kalau jalur prioritas hanya untuk bus atau kalau tidak bisa boleh mix traffic tapi orang tidak boleh mengganggu bus,” kata dia.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bali I Made Rai Ridharta menambahkan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan transportasi umum ini adalah ruang jalan yang terbatas.
“Untuk transportasi ini bisa cepat lancar dia harus berjalan di jalannya sendiri jalan khusus, tapi untuk membuat jalan khusus pada rutenya itu tidak bisa seluruhnya karena ruangnya terbatas,” ujarnya.
Namun, menurutnya ini adalah solusi dari kemacetan di Bali, dengan prinsip fasilitas dan teknologi yang digunakan berjalan sesuai, sebab selama ini salah satu alasan masyarakat enggan menggunakan transportasi umum adalah waktu kedatangan dan waktu tempuh yang tidak memiliki kepastian.
“Sekalipun transportasi itu rutenya lengkap tapi kalau tidak bisa diakses masyarakat waktu-waktunya maka mereka akan ragu bepergian jam berapa, nah ITS ini memberikan informasi,” kata Rai.
Setelah memastikan koridor, PT Arup Indonesia sebagai konsultan yang mengerjakan studi eBRT akan mempelajari rencana penggunaan ITS kemudian Pemprov Bali mengkaji solusi untuk hasil identifikasi sejumlah ruas jalan yang hendak dilintasi bus.
Baca juga: DKI sebut cakupan layanan TransJakarta sudah hampir 90 persen
Baca juga: Peralihan ke kendaraan listrik dinilai harus utamakan angkutan umum
Baca juga: Dishub Kota Medan: Proyek Mastran BRT Mebidang masuki tahap pelelangan
“Sudah berproses tahun ini, 2025 dia harus berjalan, ini dua koridor dari lintas utara-selatan kawasan Ubung-Bandara Ngurah Rai lewat kota, kemudian timur-barat dari kawasan Sanur ke Seminyak,” kata Kepala Dishub Bali IGW Samsi Gunarta.
Dalam kegiatan penyusunan kerangka kerja dan peta jalan pembangunan ITS pada bus listrik di Denpasar, Bali Selasa, Samsi menyebutkan salah satu keunggulan teknologi pintar ini dapat memberi kepastian ke calon pengguna bus perihal waktu tempuh dan jam-jam kedatangan angkutan.
Namun, untuk dapat menerapkan teknologi pintar ini, Dishub Bali perlu bekerja sama dengan Dinas PUPR dalam hal penyiapan infrastruktur jalan.
Menurut Samsi, untuk memastikan ketepatan waktu dan kecepatan eBRT, kendaraan tersebut tidak boleh mendapat halangan di jalan sehingga diperlukan jalur khusus dan jalur prioritas.
“Bus harus mempertahankan rata-rata kecepatan dari rute ke rute, dengan adanya keterbatasan infrastruktur yang bisa kami bangun mau tidak mau harus menggunakan jalan yang ada dan membutuhkan rekayasa,” ujarnya.
“Artinya selain dedicated lane (jalur khusus) mungkin orang itu dibatasi untuk masuk di sana, jadi jalur prioritas, itu harus menggandeng pedestrian yang bagus, memperhatikan keamanan dan keselamatan, oleh karena itu harus disiapkan sistem yang terintegrasi dan itu basisnya harus IT,” sambungnya.
Agar tidak mengejutkan masyarakat dengan rencana ini, Samsi mengaku sedang dalam tahap sosialisasi secara perlahan, sebab nantinya di jalur yang sehari-hari dimanfaatkan untuk kendaraan pribadi berpotensi untuk ditambah jalur khusus, jalur prioritas hanya untuk bus, atau jalur campuran tapi tanpa menghambat bus.
“Angkutan umum yang sudah ada masih ikut lalu lintas jadi kalau macet ikut macet, sementara nanti eBRT tidak boleh, macet dia harus tetap jalan, kalau jalur prioritas hanya untuk bus atau kalau tidak bisa boleh mix traffic tapi orang tidak boleh mengganggu bus,” kata dia.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bali I Made Rai Ridharta menambahkan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan transportasi umum ini adalah ruang jalan yang terbatas.
“Untuk transportasi ini bisa cepat lancar dia harus berjalan di jalannya sendiri jalan khusus, tapi untuk membuat jalan khusus pada rutenya itu tidak bisa seluruhnya karena ruangnya terbatas,” ujarnya.
Namun, menurutnya ini adalah solusi dari kemacetan di Bali, dengan prinsip fasilitas dan teknologi yang digunakan berjalan sesuai, sebab selama ini salah satu alasan masyarakat enggan menggunakan transportasi umum adalah waktu kedatangan dan waktu tempuh yang tidak memiliki kepastian.
“Sekalipun transportasi itu rutenya lengkap tapi kalau tidak bisa diakses masyarakat waktu-waktunya maka mereka akan ragu bepergian jam berapa, nah ITS ini memberikan informasi,” kata Rai.
Setelah memastikan koridor, PT Arup Indonesia sebagai konsultan yang mengerjakan studi eBRT akan mempelajari rencana penggunaan ITS kemudian Pemprov Bali mengkaji solusi untuk hasil identifikasi sejumlah ruas jalan yang hendak dilintasi bus.
Baca juga: DKI sebut cakupan layanan TransJakarta sudah hampir 90 persen
Baca juga: Peralihan ke kendaraan listrik dinilai harus utamakan angkutan umum
Baca juga: Dishub Kota Medan: Proyek Mastran BRT Mebidang masuki tahap pelelangan
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: