Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan industri perbankan Indonesia resilien hadapi berbagai dinamika dan tantangan global.

"Secara umum industri perbankan Indonesia masih cukup resilien dalam menghadapi tantangan tersebut dengan optimisme terhadap perekonomian Indonesia yang terus tumbuh dan stabil," kata Dian dalam Webinar Pertumbuhan Kredit di Tengah Ancaman Risiko Global di Jakarta, Selasa.

Dengan memasuki pertengahan kuartal II-2024, perkembangan industri perbankan masih dibayangi memanasnya tensi geopolitik dan tantangan eksternal perekonomian global sebagai dampak ekskalasi konflik di Timur Tengah maupun perang Rusia dan Ukraina.

Selain itu, terdapat pula tantangan berupa kebijakan suku bunga ketat secara global dan cenderung high for longer, pertumbuhan perekonomian antar negara yang mengalami divergensi, belum pulihnya aktivitas manufaktur global serta disrupsi rantai pasok yang memicu gejolak harga sejumlah komoditas utama.

Dian menuturkan ke depan tidak menutup kemungkinan bahwa perbankan akan menghadapi tantangan yang semakin beragam seiring dengan semakin terintegrasinya aktivitas ekonomi dan produk perbankan di tengah era globalisasi.

Krisis keuangan yang terjadi pada suatu negara dapat dengan mudah menyebar ke negara negara lain dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dampaknya tidak hanya berimbas pada sistem keuangan tetapi juga sektor riil, sosial dan politik pada negara-negara maju maupun berkembang.

Hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan potensi perburukan risiko kredit yang akan berdampak negatif pada sistem perbankan dan perekonomian Indonesia jika tidak segera diantisipasi. Namun demikian, industri perbankan Indonesia diyakini dapat bertahan dalam menghadapi tantangan tersebut, karena fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik

Di tengah bayang-bayang tantangan dan dinamika global tersebut, kinerja industri perbankan pada April 2024 masih tetap resilien dan stabil didukung oleh kinerja intermediasi perbankan yang meningkat.

Pada April 2024, kredit meningkat sebesar Rp66,05 triliun atau tumbuh sebesar 0,91 persen month to month (mtm). Adapun secara tahunan kredit melanjutkan capaian sebesar 13,09 persen year on year (yoy) menjadi Rp7.310,7 triliun.

Kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga tercatat meningkat sebesar 7,30 persen yoy dari sebelumnya 6,83 persen sehingga porsi kredit UMKM terjaga di kisaran 20 persen.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif. Pada April 2024 DPK tercatat tumbuh sebesar 0,60 persen mtm atau meningkat sebesar 8,21 persen yoy menjadi sebesar Rp8.653 Triliun dengan giro menjadi kontributor utama yaitu tumbuh 11,81 persen yoy.

Meningkatnya fungsi Intermediasi perbankan juga mempengaruhi terjaganya tingkat profitabilitas di tengah kondisi suku bunga yang sedikit meningkat.

Return on asset (ROA) perbankan di periode yang sama masih tergolong stabil yaitu sebesar 2,51 persen dengan NIM sebesar 4,56 persen.

Permodalan (CAR) perbankan juga masih di level yg cukup tinggi sebesar 25,99 persen sehingga dapat menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global tersebut.

Likuiditas industri perbankan sepanjang tahun juga sangat memadai dengan rasio alat likuid terhadap non core deposit (AL/NCD) dan alat likuid ke dana pihak ketiga (AL/DPK) pada 29 Mei 2024 masing-masing sebesar 126,96 persen dan 28,58 persen atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Kondisi tersebut searah dengan likuiditas global yang cukup ketat di tengah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mempertahankan suku bunga tinggi (high for longer).

Baca juga: OJK dalami arahan Jokowi soal perpanjangan restrukturisasi kredit
Baca juga: OJK: Keluarga jadi benteng utama hindari risiko judi online