Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama (Dirut) Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito meyakini bahwa kinerja emiten domestik masih memiliki fundamental positif sehingga pasar modal akan kembali tumbuh pada tahun ini.

"Kondisi itu akan mendorong dana investor asing kembali masuk. Terlihat sepanjang tahun ini investor asing mencatatkan net buy (beli bersih) di pasar saham sebesar Rp2,48 triliun," ujar Ito Warsito dalam seminar bertema "Making 2014 The Year of Economic and Business Confidence" di Jakarta, Kamis.

Menurut Ito, kembalinya investor asing yang menempatkan dananya di pasar modal Indonesia merupakan tanda bahwa fundamental emiten, termasuk ekonomi Indonesia masih positif ke depannya.

"Kinerja emiten akan menjadi daya tarik, investor hanya percaya kalau melihat angka (data), terbukti kinerja per September 2013 kinerja perusahaan tercatat di BEI masih tumbuh, dan ekspektasi untuk full year 2013 juga masih positif. Untuk tahun ini fundamental emiten maupun ekonomi domestiknya pun masih bagus," paparnya.

Ia menceritakan, sejak tahun 2006 hingga 2012, terjadi dana asing masuk (capital inflow) ke pasar modal domestik, namun pada 2013 terjadi "capital outflow".

"Artinya, dana asing yang keluar hanya sebagian saja. Jadi, asing masih percaya terhadap pasar modal domestik," kata dia menjelaskan.

Ito Warsito juga mengatakan bahwa selama periode 10 tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI sudah tumbuh signifikan.

"Jadi, potensi investasi paling menguntungkan adalah di saham, tidak ada yang menyaingi meski indeks sempat terkoreksi karena isu pengurangan stimulus keuangan (tapering) the Fed, serta defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2013 lalu," ucapnya.

Seiring dengan pertumbuhan pasar modal itu, Ito mengatakan bahwa jumlah investor domestik juga mengalami pertumbuhan sejalan dengan semakin membaiknya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang industri pasar modal.

"Hal itu dikarenakan edukasi menjadi program utama BEI. Kepemilikan asing di saham sekitar 63 persen saat ini, kondisi itu menurun dibanding 2008 yang mencapai 70 persen. Perlu diingat, investasi saham jangan menunggu besok," tuturnya.