Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 17 poin menjadi Rp12.170 dibanding sebelumnya Rp12.153 per dolar AS.

"Dolar AS kembali terapresiasi terhadap rupiah paska the Fed memutuskan untuk kembali memangkas program stimulus menjadi 65 miliar dolar AS per bulan," kata Kepala Riset Monex investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, langkah tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah pada rapat bulan Desember 2013 lalu the Fed juga memangkas stimulus keuangannya sebesar 10 miliar dolar AS.

Sentimen lainnya, lanjut dia, China yang merupakan mitra dagang Indonesia mencatatkan data manufaktur yang melemah, kondisi itu menambah sentimen negatif sehingga memberikan tekanan pada mata uang domestik.

Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengharapkan rilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang sedianya akan dirilis pada pekan depan dapat menjadi sentimen positif bagi mata uang rupiah.

"Jika data domestik positif maka dapat menahan sentimen tapering the Fed itu," ujarnya.

Ia memperkirakan bahwa masih adanya harapan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih kondusif dapat menahan depresiasi mata uang domestik terhadap dolar AS lebih dalam.