Fadjry mengatakan pengolahan turunan dari produk pertanian bisa menghasilkan keuntungan berkali-kali lipat dari produk hulunya. Seperti halnya padi yang bisa diolah menjadi biosilika dari sekam padi, serta susu fortifikasi dari beras.
Dirinya menjelaskan untuk olahan biosilika bisa menghasilkan keuntungan ekonomi mulai dari Rp200 ribu hingga Rp1 juta rupiah per liter, serta produk ini dibutuhkan oleh banyak negara.
Sedangkan untuk susu fortifikasi dinilai bisa menggerakkan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, mengingat bahan baku produk ini mudah didapatkan, serta memiliki nilai gizi enam kali lebih tinggi dari susu sapi.
"Ini kita akan dorong terus, karena kenapa kalau kita kembangkan susu fortifikasi dari beras ini pasti akan menggerakkan UMK seluruh Indonesia. Karena dia beras yang tadinya tidak ada harganya bisa lebih tinggi harga jual dan demand-nya," kata dia.
Lebih lanjut, menurut dia guna mendorong pemanfaatan nilai tambah dari hilirisasi, pihaknya menginginkan di setiap provinsi di tanah air memiliki Duta Petani Milenial, itu karena para generasi muda dinilai lebih memahami konsep teknologi sehingga pemanfaatan dari nilai tambah itu bisa lebih masif.
"Kita harapkan dengan inovasi teknologi pertanian para petani muda ini mau (menerapkan hilirisasi). Karena kata kunci dari pertanian itu ada di hilirisasi, bagaimana memberikan nilai tambah dari produk itu," kata dia.
Sebelumnya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan hilirisasi pertanian akan memberi dampak positif bagi kesejahteraan petani dan juga merupakan langkah krusial yang harus dilakukan karena akan menekan impor.
Baca juga: Kementan gandeng Gempita libatkan anak muda hilirisasi pertanian
Baca juga: Mentan sebut hilirisasi pertanian langkah krusial tekan impor
Baca juga: Kemenperin membina perusahaan lakukan hilirisasi spirulina dan porang