UI susun SNI 9233:2024 untuk dorong konversi energi terbarukan
22 Juni 2024 19:17 WIB
Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) sebagai tim konseptor rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penyusunan SNI 9233:2024 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). (ANTARA/ Foto: Humas UI)
Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) melalui Tropical Renewable Energy Center (TREC), pusat penelitian di bawah Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) sebagai tim konseptor rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penyusunan SNI 9233:2024 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Ketua Tim Konseptor SNI dari TREC Dr.-Ing. Eko Adhi Setiawan, S.T., M.T., IPU., APEC Eng., dalam keterangannya, Sabtu mengatakan standar ini pada dasarnya disusun dengan merujuk pada perangkat hasil riset saya dan teman-teman di TREC FTUI yang didanai oleh LPDP, yaitu DCON, sebuah DC-DC Converter dengan kapasitas konversi daya listrik sebesar 2.5-3 kilowatt.
DCON memiliki kemampuan untuk menghasilkan daya listrik arus searah dan mengalirkan ke berbagai peralatan rumah tangga seperti komputer PC, laptop, televisi, ponsel, pemanas air, dan lampu tanpa memerlukan modifikasi pada peralatan yang ada.
"Keunggulan utama DCON, listrik yang dihasilkan lebih stabil dan efisien dibandingkan dengan sistem konvensional arus bolak-balik (AC)," katanya.
Saat ini, mayoritas masyarakat di Indonesia masih menggunakan listrik AC, yang merupakan arus bolak-balik.
Di sisi lain, DCON adalah sebuah alat konversi listrik yang mampu menghasilkan arus searah (DC) hingga mencapai tegangan 330V.
Baca juga: PLN ungkap 4 proyek energi hijau akan beroperasi pada 2025
Hal ini dikarenakan DCON masih tergolong sebagai teknologi baru dan penggunanya masih terbatas pada early adapters.
Alat ini memiliki potensi besar untuk mendorong penggunaan energi terbarukan pada sektor residensial karena DCON memanfaatkan teknologi baterai yang di-charging dari panel surya, fuel cell atau turbin angin skala kecil. Oleh karena itu, TREC FTUI mengusulkan penyusunan standar ke BSN.
Lebih lanjut, Dr. Eko menjelaskan bahwa konsep awal yang melatarbelakangi dirancangnya DCON adalah untuk menciptakan energi terbarukan yang dapat diterapkan dalam sistem listrik rumah tangga.
Pada tahun 2021, DCON telah mendapat rekognisi internasional dengan dipesannya tiga buah perangkat DCON oleh The Hawai’i Natural Energy Institute (HNEI) yang merupakan salah satu pusat riset energi terkemuka di Amerika Serikat. DCON dipergunakan sebagai komponen utama dalam proyek GridStart/ microgrids DC yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, dan mengevaluasi teknologi energi terbarukan yang inovatif.
Dengan ini, DCON menjadi bukti nyata bahwa produk dalam negeri mampu bersaing dan diakui di kancah internasional.
Dekan FTUI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., mengatakan partisipasi TREC dalam penyusunan SNI 9233:2024 ini menjadi bukti bahwa penelitian yang dilakukan di FTUI tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam mendukung perkembangan industri baik dalam skala nasional maupun internasional.
"Dengan sinergi yang kuat antara akademisi, pemerintah, dan peneliti, diharapkan penyusunan SNI 9233:2024 ini dapat diimplementasikan dengan baik untuk mendukung kemajuan teknologi energi terbarukan di Indonesia,” ujar Prof. Heri.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya standar dalam industri teknologi. Ia manyampaikan bahwa setiap orang dapat membuat produk, namun tidak semua orang dapat menentukan standar dari produk tersebut. Standar diperlukan sebagai jaminan bagi pengguna produk bahwa produk yang digunakan atau dipakai sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan.
“Hadirnya SNI 9233:2024 akan menjadi acuan baku keselamatan bagi produk serupa yang diciptakan kedepannya,” kata Prof. Heri.
Ketua Tim Konseptor SNI dari TREC Dr.-Ing. Eko Adhi Setiawan, S.T., M.T., IPU., APEC Eng., dalam keterangannya, Sabtu mengatakan standar ini pada dasarnya disusun dengan merujuk pada perangkat hasil riset saya dan teman-teman di TREC FTUI yang didanai oleh LPDP, yaitu DCON, sebuah DC-DC Converter dengan kapasitas konversi daya listrik sebesar 2.5-3 kilowatt.
DCON memiliki kemampuan untuk menghasilkan daya listrik arus searah dan mengalirkan ke berbagai peralatan rumah tangga seperti komputer PC, laptop, televisi, ponsel, pemanas air, dan lampu tanpa memerlukan modifikasi pada peralatan yang ada.
"Keunggulan utama DCON, listrik yang dihasilkan lebih stabil dan efisien dibandingkan dengan sistem konvensional arus bolak-balik (AC)," katanya.
Saat ini, mayoritas masyarakat di Indonesia masih menggunakan listrik AC, yang merupakan arus bolak-balik.
Di sisi lain, DCON adalah sebuah alat konversi listrik yang mampu menghasilkan arus searah (DC) hingga mencapai tegangan 330V.
Baca juga: PLN ungkap 4 proyek energi hijau akan beroperasi pada 2025
Hal ini dikarenakan DCON masih tergolong sebagai teknologi baru dan penggunanya masih terbatas pada early adapters.
Alat ini memiliki potensi besar untuk mendorong penggunaan energi terbarukan pada sektor residensial karena DCON memanfaatkan teknologi baterai yang di-charging dari panel surya, fuel cell atau turbin angin skala kecil. Oleh karena itu, TREC FTUI mengusulkan penyusunan standar ke BSN.
Lebih lanjut, Dr. Eko menjelaskan bahwa konsep awal yang melatarbelakangi dirancangnya DCON adalah untuk menciptakan energi terbarukan yang dapat diterapkan dalam sistem listrik rumah tangga.
Pada tahun 2021, DCON telah mendapat rekognisi internasional dengan dipesannya tiga buah perangkat DCON oleh The Hawai’i Natural Energy Institute (HNEI) yang merupakan salah satu pusat riset energi terkemuka di Amerika Serikat. DCON dipergunakan sebagai komponen utama dalam proyek GridStart/ microgrids DC yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, dan mengevaluasi teknologi energi terbarukan yang inovatif.
Dengan ini, DCON menjadi bukti nyata bahwa produk dalam negeri mampu bersaing dan diakui di kancah internasional.
Dekan FTUI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., mengatakan partisipasi TREC dalam penyusunan SNI 9233:2024 ini menjadi bukti bahwa penelitian yang dilakukan di FTUI tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam mendukung perkembangan industri baik dalam skala nasional maupun internasional.
"Dengan sinergi yang kuat antara akademisi, pemerintah, dan peneliti, diharapkan penyusunan SNI 9233:2024 ini dapat diimplementasikan dengan baik untuk mendukung kemajuan teknologi energi terbarukan di Indonesia,” ujar Prof. Heri.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya standar dalam industri teknologi. Ia manyampaikan bahwa setiap orang dapat membuat produk, namun tidak semua orang dapat menentukan standar dari produk tersebut. Standar diperlukan sebagai jaminan bagi pengguna produk bahwa produk yang digunakan atau dipakai sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan.
“Hadirnya SNI 9233:2024 akan menjadi acuan baku keselamatan bagi produk serupa yang diciptakan kedepannya,” kata Prof. Heri.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: