Pejabat PBB ingatkan soal potensi eskalasi pengungsi di Tanduk Afrika
22 Juni 2024 14:33 WIB
Arsip Foto - Para pengungsi Sudan Selatan akibat konflik di Sudan bersiap untuk meninggalkan pusat penerimaan di Kabupaten Renk, Negara Bagian Upper Nile, Sudan Selatan, Sabtu (29/4/2023). ANTARA/Xinhua/Denis Elamu/am.
Juba (ANTARA) - Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau UNHCR pada Kamis (20/6) memperingatkan bahwa konflik yang berkecamuk di Sudan kemungkinan akan memperburuk krisis pengungsi di kawasan Tanduk Afrika (Horn of Afrika) atau sebuah semenanjung di Afrika Timur yang menonjol ke Laut Arabia.
Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan (Sudan Armed Forces/SAF) dan paramiliter Pasukan Cepat Pendukung (Rapid Support Forces/RSF) telah mendorong para pengungsi hingga mencapai Kenya dan Uganda, kata Mamadou Dian Balde yang menjabat sebagai Regional Director for the East and Horn of Africa and Great Lakes Region UNHCR.
Saat ini, sejumlah pengungsi sedang melintasi Sudan Selatan dan bergerak ke Uganda, sementara beberapa pengungsi bahkan telah mencapai Eropa, kata Balde dalam sesi wawancara dengan Xinhua baru-baru ini.
Dia menyerukan agar konflik berkepanjangan di Sudan diakhiri dan stabilitas regional dipulihkan, dan mengatakan bahwa konflik tersebut telah menjadikan hampir 10 juta warga sebagai pengungsi.
Selain itu, pejabat PBB tersebut mengatakan bahwa sekitar dua juta warga Sudan ditampung di negara-negara tetangga termasuk Sudan Selatan, Chad, Mesir, Ethiopia, Republik Afrika Tengah, Libya, dan Uganda.
"Di Sudan Selatan, terdapat 700.000 orang yang datang, dan 550.000 di antaranya adalah warga negara Sudan Selatan yang sebelumnya tinggal di Sudan, dan sekitar 150.000 adalah warga Sudan yang datang ke sini. Sudah ada banyak pengungsi yang berada di sini sebelum konflik ini," kata Balde
Balde menambahkan bahwa dalam kunjungannya selama dua hari ke pusat transit Renk di Negara Bagian Hulu Nil dan kamp pengungsi di Sudan Selatan, dia bertemu dengan para pengungsi yang baru tiba dan warga Sudan Selatan yang pulang ke kampung halaman mereka.
Banyak dukungan diperlukan untuk reintegrasi mereka, termasuk peningkatan akses ke fasilitas dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan air bagi para pengungsi yang kembali ke Sudan Selatan agar mereka dapat berintegrasi ke dalam masyarakat, kata Balde.
Dia mengatakan bahwa akan ada risiko munculnya lebih banyak anak yang menjadi pengungsi dan bermigrasi ke negara-negara tetangga jika konflik terus berlanjut. Sekretaris Jenderal PBB, kata dia, dan para pemimpin blok regional telah mendorong dilakukannya gencatan senjata di antara para pihak yang terlibat dalam konflik Sudan.
Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan (Sudan Armed Forces/SAF) dan paramiliter Pasukan Cepat Pendukung (Rapid Support Forces/RSF) telah mendorong para pengungsi hingga mencapai Kenya dan Uganda, kata Mamadou Dian Balde yang menjabat sebagai Regional Director for the East and Horn of Africa and Great Lakes Region UNHCR.
Saat ini, sejumlah pengungsi sedang melintasi Sudan Selatan dan bergerak ke Uganda, sementara beberapa pengungsi bahkan telah mencapai Eropa, kata Balde dalam sesi wawancara dengan Xinhua baru-baru ini.
Dia menyerukan agar konflik berkepanjangan di Sudan diakhiri dan stabilitas regional dipulihkan, dan mengatakan bahwa konflik tersebut telah menjadikan hampir 10 juta warga sebagai pengungsi.
Selain itu, pejabat PBB tersebut mengatakan bahwa sekitar dua juta warga Sudan ditampung di negara-negara tetangga termasuk Sudan Selatan, Chad, Mesir, Ethiopia, Republik Afrika Tengah, Libya, dan Uganda.
"Di Sudan Selatan, terdapat 700.000 orang yang datang, dan 550.000 di antaranya adalah warga negara Sudan Selatan yang sebelumnya tinggal di Sudan, dan sekitar 150.000 adalah warga Sudan yang datang ke sini. Sudah ada banyak pengungsi yang berada di sini sebelum konflik ini," kata Balde
Balde menambahkan bahwa dalam kunjungannya selama dua hari ke pusat transit Renk di Negara Bagian Hulu Nil dan kamp pengungsi di Sudan Selatan, dia bertemu dengan para pengungsi yang baru tiba dan warga Sudan Selatan yang pulang ke kampung halaman mereka.
Banyak dukungan diperlukan untuk reintegrasi mereka, termasuk peningkatan akses ke fasilitas dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan air bagi para pengungsi yang kembali ke Sudan Selatan agar mereka dapat berintegrasi ke dalam masyarakat, kata Balde.
Dia mengatakan bahwa akan ada risiko munculnya lebih banyak anak yang menjadi pengungsi dan bermigrasi ke negara-negara tetangga jika konflik terus berlanjut. Sekretaris Jenderal PBB, kata dia, dan para pemimpin blok regional telah mendorong dilakukannya gencatan senjata di antara para pihak yang terlibat dalam konflik Sudan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: