ICMI fasilitasi penulisan buku empat Kesultanan di Maluku Utara
21 Juni 2024 18:46 WIB
ICMI Malut memfasilitasi untuk penulisan buku empat kesultanan dan peradaban di Malut dengan menghadirkan akademisi, pemerhati sejarah dan budaya serta pejabat di Kesultanan Ternate dipusatkan di Pendopo Kesultanan Ternate, Jumat (21/6/2024). ANTARA/Abdul Fatah (Abdul Fatah)
Ternate (ANTARA) - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Maluku Utara (Malut) memfasilitasi penulisan buku empat kesultanan dan peradaban di wilayah setempat dengan menghadirkan akademisi, pemerhati sejarah dan budaya serta pejabat di Kesultanan Ternate dipusatkan di Pendopo Kesultanan itu.
"Tentunya forum ini menghadirkan akademisi, perangkat kesultanan dan berbagai pemerhati sejarah dan budaya memberikan kontribusi atau sumbangsih pemikiran dalam mendukung penulisan buku empat kesultanan dan peradaban setempat," kata Wakil Ketua ICMI Malut, Dr Abubakar Abdullah saat dihubungi, Jumat.
Baca juga: Ternate potensial jadi tujuan wisata religi di bulan Ramadhan
Dirinya mengungkapkan, Ternate sebagai episentrum sejarah masa lalu yang gemilang, akan diangkat melalui Penulisan Buku empat Kesultanan dan Peradaban di Malut.
"Sebab, empat kesultanan, yakni Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan telah banyak ditulis sejarahwan dan ilmuan, tetapi hanya menekankan pada aspek kesultanan semata, namun aspek ritual, kosmologi, kesenian, benda meteriil dan berbagai simbol kejayaan kesultanan belum disinggung," kata Abubakar Abdullah yang juga Sekwan DPRD Provinsi Malut tersebut.
Baca juga: Sultan Ternate harapkan konflik Haruku dapat diselesaikan
Sehingga, kata Abubakar, dalam penulisan buku akan lebih fokus perkaya khasanah kearsipan dan koleksi sejarah peradaban Kesultana di Malut dari sejarah peradaban nasional.
Menurutnya, forum ini mendapat banyak tanggapan dan masukan yang konstruktif dari peserta yang representatif para perangkat Kesultanan Ternate, budayawan, sejahrawan dan akademisi.
Baca juga: Festival Moti Veerbond mengenang sejarah empat kesultanan
Forum yang dipandu Irmon Machmud, S.Ip, MA ini menghadirkan tokoh-tokoh, seperti Jou Hukum Kesultanan Ternate Gunawan Radjim, tokoh adat Iskandar M. Djae, Letnan Alfiris Roni Saleh, Akademisi Dr Maulana, Dr Hisbullah dan Sukarno, MA serta belasan tokoh budayawan dan sejahrawan.
Jou Hukum Kesultanan Ternate, Gunawan Radjim misalnya, mengulas sejarah Panjang perjalanan Kerajaan Ternate dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Baca juga: Nono Sampono tentang potensi ekonomi Maluku Utara
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militer-nya.
Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Baca juga: Istri mendiang Sultan Ternate ke-48 dilaporkan ke Polda Malut
Pulau Gapi atau sebutan Ternate, mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.
Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate makin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang makin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak, maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Baca juga: ANRI: Sejarah Malut jalur rempah nusantara akan diusulkan ke UNESCO
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya makin besar dan ramai, sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
Di samping itu, Gunawan juga menyentil adanya semangat bermusyawarah di tahun 1332 dikenal dengan nama Moti Verbon, kemudian terjadi perpindahan ibukota negara yakni dari Moti ke Jailolo dan Makian ke Kasiruta hingga ke Pulau Bacan.
Bahkan, pembobotan dari FGD ini juga disampaikan Akademisi Unkhair Ternate, Dr Maulana, yang menyentil terkait Ternate belum memiliki budaya literasi dan masih terkesan mistis, sehingga ini harus menjadi catatan perangkat Kesultanan Ternate untuk menarik minat orang belajar tentang sejarah Kesultanan Ternate yang begitu cemerlang.
Baca juga: Dua kubu di Kesultanan Ternate terlibat konflik
Baca juga: Presiden Jokowi dapat anugerah gelar adat Kesultanan Ternate
"Tentunya forum ini menghadirkan akademisi, perangkat kesultanan dan berbagai pemerhati sejarah dan budaya memberikan kontribusi atau sumbangsih pemikiran dalam mendukung penulisan buku empat kesultanan dan peradaban setempat," kata Wakil Ketua ICMI Malut, Dr Abubakar Abdullah saat dihubungi, Jumat.
Baca juga: Ternate potensial jadi tujuan wisata religi di bulan Ramadhan
Dirinya mengungkapkan, Ternate sebagai episentrum sejarah masa lalu yang gemilang, akan diangkat melalui Penulisan Buku empat Kesultanan dan Peradaban di Malut.
"Sebab, empat kesultanan, yakni Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan telah banyak ditulis sejarahwan dan ilmuan, tetapi hanya menekankan pada aspek kesultanan semata, namun aspek ritual, kosmologi, kesenian, benda meteriil dan berbagai simbol kejayaan kesultanan belum disinggung," kata Abubakar Abdullah yang juga Sekwan DPRD Provinsi Malut tersebut.
Baca juga: Sultan Ternate harapkan konflik Haruku dapat diselesaikan
Sehingga, kata Abubakar, dalam penulisan buku akan lebih fokus perkaya khasanah kearsipan dan koleksi sejarah peradaban Kesultana di Malut dari sejarah peradaban nasional.
Menurutnya, forum ini mendapat banyak tanggapan dan masukan yang konstruktif dari peserta yang representatif para perangkat Kesultanan Ternate, budayawan, sejahrawan dan akademisi.
Baca juga: Festival Moti Veerbond mengenang sejarah empat kesultanan
Forum yang dipandu Irmon Machmud, S.Ip, MA ini menghadirkan tokoh-tokoh, seperti Jou Hukum Kesultanan Ternate Gunawan Radjim, tokoh adat Iskandar M. Djae, Letnan Alfiris Roni Saleh, Akademisi Dr Maulana, Dr Hisbullah dan Sukarno, MA serta belasan tokoh budayawan dan sejahrawan.
Jou Hukum Kesultanan Ternate, Gunawan Radjim misalnya, mengulas sejarah Panjang perjalanan Kerajaan Ternate dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.
Baca juga: Nono Sampono tentang potensi ekonomi Maluku Utara
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militer-nya.
Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Baca juga: Istri mendiang Sultan Ternate ke-48 dilaporkan ke Polda Malut
Pulau Gapi atau sebutan Ternate, mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.
Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate makin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang makin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak, maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Baca juga: ANRI: Sejarah Malut jalur rempah nusantara akan diusulkan ke UNESCO
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya makin besar dan ramai, sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
Di samping itu, Gunawan juga menyentil adanya semangat bermusyawarah di tahun 1332 dikenal dengan nama Moti Verbon, kemudian terjadi perpindahan ibukota negara yakni dari Moti ke Jailolo dan Makian ke Kasiruta hingga ke Pulau Bacan.
Bahkan, pembobotan dari FGD ini juga disampaikan Akademisi Unkhair Ternate, Dr Maulana, yang menyentil terkait Ternate belum memiliki budaya literasi dan masih terkesan mistis, sehingga ini harus menjadi catatan perangkat Kesultanan Ternate untuk menarik minat orang belajar tentang sejarah Kesultanan Ternate yang begitu cemerlang.
Baca juga: Dua kubu di Kesultanan Ternate terlibat konflik
Baca juga: Presiden Jokowi dapat anugerah gelar adat Kesultanan Ternate
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: