Dua desa di Trenggalek mulai alami krisis air bersih
20 Juni 2024 21:43 WIB
Warga berbondong-bondong mengambil jatah bantuan air bersih yang dikirim BPBD Trenggalek di Desa Besuki, Kecamatan Panggul, Trenggalek, Selasa (19/6/2024) (ANTARA/HO - BPBD Trenggalek)
Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mulai menyalurkan bantuan air bersih ke dua desa terpencil daerah itu yang mengalami krisis air dampak kemarau.
"Sejauh ini yang sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih ada dua desa, yakni Desa Ngulan Kulon Kecamatan Pogalan dan Desa Besuki Kecamatan Panggul," kata Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Atmono di Trenggalek, Kamis.
Dua desa itu selama ini menjadi langganan krisis air bersih.
Kendati kemarau baru dimulai, namun banyak warga yang kesulitan air bersih karena sumber air dan sumur warga sudah mengalami kekeringan.
Di Desa Besuki, kekeringan melanda dua dusun, yaitu Dusun Bungur di RW 07 dan Dusun Sanggar di RW 03. Di Dusun Bungur, ada tiga RT yang terdampak yaitu RT 19, 20 dan 21. Totalnya ada 101 kepala keluarga dari 165 jiwa.
“Sementara di Dusun Sanggar ada dua RT, RT 9 dan 10 dengan jumlah 93 kepala keluarga dari 276 jiwa," paparnya.
Di desa ini, BPBD Trenggalek menyakitkan 12 ribu liter air bersih di pada Selasa (18/6).
Baca juga: BPBD Gunungkidul droping 64 tangki ke warga terdampak kekeringan
Sementara droping di wilayah lain yang mengajukan bantuan dalam proses.
Secara umum, kondisi sumber air di wilayah itu sudah mengering sehingga warga kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
Kondisi itu diperkirakan semakin parah, mengingat Trenggalek bakal memasuki puncak kemarau.
Merujuk rilis BMKG, puncak musim kemarau di Trenggalek diperkirakan berlangsung rentang waktu Juli-Agustus.
Selain kekeringan, pihaknya juga mengantisipasi potensi dampak kemarau lainnya. Seperti misalnya bencana kebakaran hutan dan lahan yang jadi ancaman serius bagi Trenggalek.
"Untuk itu kita lakukan berbagai langkah-langkah mitigasi bencana," katanya.
Untuk diketahui, secara umum di Jatim terdapat 74 zona musim, dimana awal kemarau pada Mei mendominasi hingga 64,9 persen.
Meskipun begitu, terdapat daerah di Jatim yang memasuki kemarau pada April, sebanyak 27 persen dan sisanya 8,1 persen pada Juni.
Sementara, puncak kemarau mulai terjadi pada sebagian wilayah di Jatim pada Juli sebesar 9,5 persen dan paling banyak pada Agustus 75,7 persen.
Sisanya 14,9 persen diperkirakan terjadi pada September.
Baca juga: Mensos Risma bantu instalasi pengolahan air bersih di Banten
Baca juga: BPBD: Jumlah warga terdampak kekeringan di Cilacap bertambah
"Sejauh ini yang sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih ada dua desa, yakni Desa Ngulan Kulon Kecamatan Pogalan dan Desa Besuki Kecamatan Panggul," kata Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Atmono di Trenggalek, Kamis.
Dua desa itu selama ini menjadi langganan krisis air bersih.
Kendati kemarau baru dimulai, namun banyak warga yang kesulitan air bersih karena sumber air dan sumur warga sudah mengalami kekeringan.
Di Desa Besuki, kekeringan melanda dua dusun, yaitu Dusun Bungur di RW 07 dan Dusun Sanggar di RW 03. Di Dusun Bungur, ada tiga RT yang terdampak yaitu RT 19, 20 dan 21. Totalnya ada 101 kepala keluarga dari 165 jiwa.
“Sementara di Dusun Sanggar ada dua RT, RT 9 dan 10 dengan jumlah 93 kepala keluarga dari 276 jiwa," paparnya.
Di desa ini, BPBD Trenggalek menyakitkan 12 ribu liter air bersih di pada Selasa (18/6).
Baca juga: BPBD Gunungkidul droping 64 tangki ke warga terdampak kekeringan
Sementara droping di wilayah lain yang mengajukan bantuan dalam proses.
Secara umum, kondisi sumber air di wilayah itu sudah mengering sehingga warga kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
Kondisi itu diperkirakan semakin parah, mengingat Trenggalek bakal memasuki puncak kemarau.
Merujuk rilis BMKG, puncak musim kemarau di Trenggalek diperkirakan berlangsung rentang waktu Juli-Agustus.
Selain kekeringan, pihaknya juga mengantisipasi potensi dampak kemarau lainnya. Seperti misalnya bencana kebakaran hutan dan lahan yang jadi ancaman serius bagi Trenggalek.
"Untuk itu kita lakukan berbagai langkah-langkah mitigasi bencana," katanya.
Untuk diketahui, secara umum di Jatim terdapat 74 zona musim, dimana awal kemarau pada Mei mendominasi hingga 64,9 persen.
Meskipun begitu, terdapat daerah di Jatim yang memasuki kemarau pada April, sebanyak 27 persen dan sisanya 8,1 persen pada Juni.
Sementara, puncak kemarau mulai terjadi pada sebagian wilayah di Jatim pada Juli sebesar 9,5 persen dan paling banyak pada Agustus 75,7 persen.
Sisanya 14,9 persen diperkirakan terjadi pada September.
Baca juga: Mensos Risma bantu instalasi pengolahan air bersih di Banten
Baca juga: BPBD: Jumlah warga terdampak kekeringan di Cilacap bertambah
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: