Aliansi Liver Asia-Pacific sebut AI masa depan rekomendasi pengobatan
20 Juni 2024 20:51 WIB
Direktur Aliansi Penyakit Liver Asia-Pacific (APAC) Roberta Sarno (dua dari kanan) saat menjadi pembicara dalam agenda APAC - International Roche Infectious Disease Symposium (IRIDS) 2024 di Ho Chi Minh City, Vietnam, Kamis (20/6/2024). (ANTARA/Andi Firdaus)
Ho Chi Minh City, Vietnam (ANTARA) - Direktur Aliansi Penyakit Liver Asia-Pacific (APAC) Roberta Sarno menyebut dukungan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam layanan diagnosa Hepatitis berpeluang menjadi bagian pengambilan keputusan pengobatan yang tepat dan sangat relevan bagi pasien.
Pernyataan itu disampaikan Roberta Sarno saat menjadi narasumber di sela agenda APAC - International Roche Infectious Disease Symposium (IRIDS) 2024 di Ho Chi Minh City, Vietnam, Kamis.
"AI jelas mendukung bagian diagnostik, tetapi juga nantinya dapat menjadi bagian dalam pengambilan keputusan pengobatan yang tepat dan juga sangat relevan," katanya.
Optimisme itu disampaikan Roberta berdasarkan informasi media massa terkait pemanfaatan teknologi AI sebagai alat bantu skrining dan diagnosa kesehatan di Filipina baru-baru ini.
Baca juga: Airlangga menilai tidak semua hal mengenai AI bersifat negatif
Dengan pengalaman selama 14 tahun di sektor layanan kesehatan Asia-Pacific, perempuan peraih gelar PhD di bidang Genetika dari Universitas Sorbonne Paris itu menyebut perkembangan AI di bidang pelayanan medis Filipina menjadi contoh yang sangat menarik bagi wilayah Asia-Pasific.
Dikatakan Roberta, AI membuka peluang komunikasi yang lebih baik antara pasien dan dokter di kawasan pedesaan dan terpencil Asia-Pacific dalam menjelaskan informasi diagnosa penyakit yang tepat dan relevan.
"Teknologi ini memberi kita peluang untuk mengatasi banyak hambatan ini dengan benar dan mendekatkan pasien dengan penyedia layanan kesehatan mereka," katanya.
Report Ocean menerbitkan laporan penelitian terbaru tentang teknologi AI Filipina di Pasar Diagnostik. Studi itu menyajikan eksplorasi mendetail dari berbagai dimensi dari tahun 2018 hingga 2032.
"Sifat dinamis dari sektor pengujian mikrobiologi dengan mempertimbangkan dampak komprehensif dari elemen ekonomi, sosial, teknologi, dan peraturan yang menentukan lanskap pasar," demikian petikan keterangan Report Ocean.
Baca juga: Dua RS Vertikal Kemenkes raih penghargaan RS khusus terbaik APAC
Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan teknologi AI dapat mempermudah kerja dokter untuk mendiagnosis, khususnya dokter spesialis.
Terlebih, lanjut dia, jika database yang dimiliki sudah terlampau banyak dan hal itu dapat dicapai jika rutin dioperasikan hingga jangka panjang.
"Bagusnya, itu prosesnya bisa lebih cepat dan mungkin karena kondisi tertentu bisa lebih akurat kalau database-nya sudah banyak," katanya.
Dia berharap Indonesia dapat memanfaatkan dan mengembangkan teknologi tersebut secara meluas sehingga berimbas terhadap pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Roberta Sarno saat menjadi narasumber di sela agenda APAC - International Roche Infectious Disease Symposium (IRIDS) 2024 di Ho Chi Minh City, Vietnam, Kamis.
"AI jelas mendukung bagian diagnostik, tetapi juga nantinya dapat menjadi bagian dalam pengambilan keputusan pengobatan yang tepat dan juga sangat relevan," katanya.
Optimisme itu disampaikan Roberta berdasarkan informasi media massa terkait pemanfaatan teknologi AI sebagai alat bantu skrining dan diagnosa kesehatan di Filipina baru-baru ini.
Baca juga: Airlangga menilai tidak semua hal mengenai AI bersifat negatif
Dengan pengalaman selama 14 tahun di sektor layanan kesehatan Asia-Pacific, perempuan peraih gelar PhD di bidang Genetika dari Universitas Sorbonne Paris itu menyebut perkembangan AI di bidang pelayanan medis Filipina menjadi contoh yang sangat menarik bagi wilayah Asia-Pasific.
Dikatakan Roberta, AI membuka peluang komunikasi yang lebih baik antara pasien dan dokter di kawasan pedesaan dan terpencil Asia-Pacific dalam menjelaskan informasi diagnosa penyakit yang tepat dan relevan.
"Teknologi ini memberi kita peluang untuk mengatasi banyak hambatan ini dengan benar dan mendekatkan pasien dengan penyedia layanan kesehatan mereka," katanya.
Report Ocean menerbitkan laporan penelitian terbaru tentang teknologi AI Filipina di Pasar Diagnostik. Studi itu menyajikan eksplorasi mendetail dari berbagai dimensi dari tahun 2018 hingga 2032.
"Sifat dinamis dari sektor pengujian mikrobiologi dengan mempertimbangkan dampak komprehensif dari elemen ekonomi, sosial, teknologi, dan peraturan yang menentukan lanskap pasar," demikian petikan keterangan Report Ocean.
Baca juga: Dua RS Vertikal Kemenkes raih penghargaan RS khusus terbaik APAC
Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan teknologi AI dapat mempermudah kerja dokter untuk mendiagnosis, khususnya dokter spesialis.
Terlebih, lanjut dia, jika database yang dimiliki sudah terlampau banyak dan hal itu dapat dicapai jika rutin dioperasikan hingga jangka panjang.
"Bagusnya, itu prosesnya bisa lebih cepat dan mungkin karena kondisi tertentu bisa lebih akurat kalau database-nya sudah banyak," katanya.
Dia berharap Indonesia dapat memanfaatkan dan mengembangkan teknologi tersebut secara meluas sehingga berimbas terhadap pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: