Zulhas menjelaskan, seperti halnya pabrik pemurnian tembaga (Smelter) PT Freeport Indonesia di Gresik yang sebentar lagi akan beroperasi.
"Apalagi nanti kalau Smelternya Freeport di Gresik misalnya sudah produksi, maka nilai ekspor Indonesia akan semakin meningkat," ucapnya.
Kecanggihan teknologi yang diterapkan di Smelter, menurut Zulhas, akan menghasilkan hilirisasi nikel yang baik.
Produk utama Smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan serta PGM (Platinum Group Metal). Produk sampingannya antara lain asam sulfat, gipsum, dan timbal.
Sementara, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, neraca perdagangan Indonesia per Mei 2024 tercatat surplus sebesar 2,93 miliar dolar AS.
"Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat 22,33 miliar dolar AS, naik 2,86 persen secara tahunan," kata Zulhas.
Kenaikan tersebutlah yang menjadikan forum sinergitas para pengusaha digelar oleh pihaknya untuk lebih meningkatkan lagi ekspor Indonesia.
"Pemerintah juga mengembangkan pasar-pasar baru yang nontradisional, misalnya India, Pakistan, Bangladesh, Eropa Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, bahkan kami juga mengembangkan pasar-pasar baru di Benua Afrika," ujarnya.
Tujuannya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045 dengan menyerbu pasar dunia.
"Jangan kita terus yang diserbu, tapi gantian Indonesia yang menyerbu, untuk itulah forum ini diadakan," tutur Zulhas.