"Kalau dulu, saat hujan turun, maka tidur kita akan tambah nyenyak di malam hari. Sekarang tidak, kami takut jika hujan, trauma banjir lahar," ungkap salah seorang warga di Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Agam Hatta Rizal, Kamis.
Ia mengatakan, setelah banjir lahar warga di kampungnya terpaksa ronda secara bergantian. Tak hanya menjaga kampung dari risiko pencurian, para warga ini juga terpaksa ronda di pinggir sungai demi memantau ketinggian debit air.
Baca juga: Baznas Agam salurkan zakat bagi pelajar terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi
Baca juga: Pemkab Agam relokasi 114 rumah korban banjir lahar Gunung Marapi
Setiap debit air meningkat, warga-warga yang rentan seperti ibu dan anak, mesti diungsikan.
"Bayangkan, kami terpaksa mengungsikan orang tua dan anak-anak di tengah hujan. Meski debit air pada akhirnya terbilang aman, kami tak bisa mengambil risiko. Sekarang saya lihat, banyak warga kami yang terganggu kesehatannya," kata dia.
Selain pola hidup yang berubah, kata dia, saat ini banyak warga di kampungnya, yang terancam kehilangan pekerjaan karena lahan pertanian mereka tertimbun material.
Lahan pertanian yang tertimbun itu sama sekali tak bisa digarap. Seandainya digarap pun, saluran irigasi telah rusak. Para petani hanya bisa menunggu respon dari pemerintah.
"Saya sangat berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan Sabo Dam di hulu sungai. Jika itu sudah dibangun, maka kecemasan kita akan berkurang. Saat ini semuanya penuh ketidakpastian," ucapnya.
Jorong Cangkiang merupakan salah satu wilayah terdampak akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi.
Di kampung ini mengalir sebuah sungai yang bernama Batang Aia Katiak. Sungai ini berhulu dari Nagari Bukik Batabuah atau langsung dari Gunung Marapi.
Banjir lahar 11 Mei lalu mengakibatkan sungai ini meluap dan membanjiri pemukiman. Lebih dari 50 rumah terendam dan puluhan hektar lahan pertanian tertimbun di Jorong Cangkiang.*
Baca juga: Gunung Marapi kembali lontarkan abu vulkanik setinggi 600 meter
Baca juga: Agam tetapkan masa transisi pascabencana banjir lahar Gunung Marapi