Jakarta (ANTARA) - World Wildlife Fund (WWF) Indonesia mendorong bank-bank di Tanah Air untuk meningkatkan dukungan dalam memitigasi dan mengatasi risiko perubahan iklim.

“Perbankan Indonesia perlu meningkatkan upaya atas kebijakan dan prosedur agar nasabah mereka memiliki rencana mitigasi/rencana aksi untuk mencapai target Perjanjian Paris," kata Sustainable Finance Lead WWF-Indonesia Rizkia Sari Yudawinata dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Diketahui Perjanjian Paris merupakan kesepakatan global yang monumental untuk menghadapi perubahan iklim. Salah satu poin utama dari isi perjanjian tersebut adalah komitmen untuk memperlambat laju pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius atau paling ideal 1,5 derajat Celcius.

Baca juga: BI nilai peran perbankan sangat penting untuk turunkan emisi karbon
Hal tersebut disampaikan WWF-Indonesia sejalan dengan laporan Sustainable Banking Assessment (SUSBA) Ke-7 atau sebuah penilaian komprehensif terkait sejumlah hal, seperti integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola pemerintahan, serta sosial terhadap 39 bank di negara-negara ASEAN dan 10 bank besar di Jepang dan Korea Selatan.

Di Indonesia, penilaian itu dilakukan terhadap 11 bank, baik swasta maupun BUMN di Tanah Air, yakni Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Permata, Bank Danamon, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Bank Panin, Bank Jabar dan Banten (BJB), Bank Muamalat, dan Bank Syariah Indonesia (BSI).

Laporan SUSBA Ke-7 menunjukkan bahwa dukungan perbankan untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam dan sosial masih sangat terbatas, yakni sebesar 5 persen.
Salah satu temuan positif SUSBA menunjukkan bahwa manajemen tertinggi perbankan yang meliputi direksi dan komisaris sudah memiliki fungsi dan tanggung jawab untuk mengelola risiko ESG dan perubahan iklim. Namun, kapasitas bank dalam mengukur tingkat risiko tersebut masih minim dan perlu ditingkatkan.


Laporan SUSBA menunjukkan baru empat bank memiliki target net zero, yakni BRI dan BTPN pada 2050 serta BCA dan BNI pada 2060. Dua bank, yaitu BCA dan BRI telah menghitung emisi gas rumah kaca, namun baru satu bank, yaitu BRI yang menerapkan Science-based Target Initiative (SBTi).
Oleh karena itu, WWF-Indonesia mendorong bank-bank di Indonesia agar meningkatkan dukungan dalam memitigasi dan mengatasi risiko perubahan iklim.

Baca juga: J Trust Bank perkuat komitmen mitigasi perubahan iklim

Baca juga: Australia dukung Indonesia perkuat ketahanan perbankan terhadap iklim
"Industri kecil dan menengah yang terlibat dalam rantai pasok patut mendapat perhatian ekstra, karena mereka umumnya padat karya dan menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko perubahan iklim,” kata Rizkia menambahkan.

Ia menyampaikan data dari OJK dan BPS menunjukkan rasio kredit ke kelompok UMKM mencapai 12,38 persen terhadap total aset perbankan pada 2023. Berdasarkan SUSBA 2023, dukungan khusus yang disalurkan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dalam bertransisi menerapkan praktik berkelanjutan masih sangat terbatas, yakni 27 persen.


Menurut Rizkia, tanpa dukungan kuat, industri padat karya rentan terkucilkan. Oleh karena itu, perbankan perlu mengembangkan produk yang solutif, sekaligus memfasilitasi langkah mereka menerapkan praktik usaha keberlanjutan.