Untuk menuju kampung itu dibutuhkan waktu 20-25 menit perjalanan bahari dengan sampan kecil (klotok) dari Bontang Kuala, menyusuri sekitar 4 kilometer dari daratan.
Namun, pada tahun 2020 sebuah titik balik terjadi. Berkat tekad dan kerja keras warganya serta dukungan dari pemerintah setempat berkolaborasi dengan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT)--anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero)--, Kampung Malahing ini menjelma menjadi desa wisata yang memukau dan berhasil meraih penghargaan bergengsi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk kategori "Desa Wisata Maju".
Sebelum tahun 2020, Kampung Malahing tertinggal dalam hal infrastruktur dan pengembangan pariwisata. Kala itu, titian ulin jalan kampung yang masih tak terawat, penerangan jalan terbatas, dan fasilitas umum seperti toilet, dan homestay masih minim. Keindahan kampung terapung yang dimiliki pun belum tergali potensinya.
Meskipun jauh dari daratan, Malahing dilengkapi dengan fasilitas publik yang memadai, seperti PAUD hingga SD, puskesmas keliling, dan tempat ibadah. Hal itu berkat dukungan penuh dari pemerintah daerah.
Bagi para pecinta wisata alam, Malahing bagaikan surga. Air lautnya yang jernih bagaikan kristal dan dihiasi terumbu karang yang masih terjaga, yang menjadi daya tarik utama. Pengunjung dapat menyelami keindahan bawah laut melalui snorkeling dan menyelam (diving), atau merasakan sensasi memancing ikan di keramba tancap di sekitar desa.
Keindahan alam Malahing tak hanya terbatas di lautnya. Masyarakat kampung membuat taman sayur yang menawan, di mana pengunjung dapat belajar tentang budi daya sayur di atas laut.
Keunikan Malahing tak berhenti di situ. Desa ini memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Pengunjung dapat menyaksikan berbagai tradisi dan kearifan lokal serta kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Keramahan penduduknya yang selalu menyambut wisatawan dengan senyuman hangat membuat suasana di Malahing semakin terasa nyaman dan akrab.
Beberapa aktivitas yang asyik dilakukan di Kampung Malahing, seperti snorkeling dan diving, untuk menjelajahi alam bawah laut Bontang nan indah. Belum lagi pengunjung bisa berinteraksi dengan masyarakat yang menanam dan memanen rumput laut.
Jangan lupa untuk menikmati hidangan laut segar dan lezat yang dimasak dengan resep khas Malahing. Di sana, pengunjung pun dapat mempelajari proses pengolahan teripang menjadi hidangan kuliner khas lokal. Ada pula sajian kuliner laut lain, seperti ikan kerapu bakar, hidangan palu mara hingga sate barongang (sejenis kerang) khas Malahing.
Pengunjung jua diajak berinteraksi dengan perajin lokal dan membuat kreasi unik dari kerang dan manik-manik, serta batik dengan corak pondok Malahing, teripang serta motif khas bahari.
Tak jauh dari Kampung Malahing, terdapat Pulau Kuwetang, spot terbaik untuk mengamati aktivitas burung kuntul perak, ikon Kota Bontang.
Mexi memulai usahanya dengan mengajak warga desa untuk bergotong royong. Ia mengajak mereka untuk membersihkan lingkungan desa, memperbaiki jalanan, dan membangun fasilitas umum. Mexi juga menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk membantu mewujudkan mimpi bersama.
Usaha Mexi dan kawan-kawan tidak lah sia-sia. Warga desa menyambut baik ide mereka dan bahu-membahu mendukungnya. Berkat kerja sama dan semangat gotong royong, Kampung Malahing mulai berbenah diri.
Dengan dukungan dari perusahaan tersebut dan semangat gotong royong warga, Kampung Malahing mulai tampil beda. Jalanan titian desa diperbaiki, penerangan jalan ditambah, dan fasilitas umum seperti toilet dan homestay dibangun. Selain itu, berbagai daya tarik wisata pun mulai dikembangkan.
Pengunjung Kampung Malahing kini dapat menikmati keindahan alam laut yang masih alami. Mereka dapat berenang di pantai yang bersih, bersantai di gazebo tepi pantai, atau mengikuti snorkeling dan diving.
Pada tahun 2022, Kampung Malahing pertama kali mengikuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia. Namun, usaha mereka belum membuahkan hasil. Mereka kandas di tahap 75 besar.
Kegagalan ini tidak membuat Mexi dan warga Kampung Malahing patah semangat. Justru, mereka semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas desa wisata mereka. Mereka belajar dari pengalaman sebelumnya dan terus berbenah diri.
Mexi dan warga Kampung Malahing menganalisis penyebab kegagalan mereka. Mereka menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, seperti infrastruktur yang belum memadai, pengelolaan desa wisata yang belum profesional, dan promosi yang belum maksimal.
Pengalaman ini membuka wawasan Mexi dan warga Kampung Malahing. Mereka semakin terinspirasi untuk mengembangkan desa wisata dengan lebih baik.
Hasilnya, di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023, Malahing dinobatkan sebagai juara 3 dalam kategori Kampung Wisata Maju. Prestasi ini merupakan hasil dari kerja keras dan sinergi berbagai pihak, termasuk BUMN yang telah membina Malahing melalui program "Better Living in Malahing".
Sebelum program "Better Living in Malahing" diluncurkan, kampung ini menghadapi berbagai persoalan. Lingkungan kumuh, minim peluang ekonomi, dan kesadaran masyarakat belum optimal, menjadi tantangan yang harus dihadapi warga setempat.
Program "Better Living in Malahing" hadir untuk memberikan nilai tambah dan menciptakan wajah baru bagi Kampung Malahing. Sejak tahun 2001, kampung wisata itu telah menerima berbagai bantuan, mulai dari perbaikan infrastruktur, pengembangan potensi kawasan, peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat, hingga membuka peluang ekonomi baru.
Berkat program ini, Malahing perlahan bertransformasi menjadi kampung wisata yang menarik. Masyarakat Malahing kini lebih berdaya dengan beragam keterampilan dan usaha baru, seperti pengolahan rumput laut menjadi produk bernilai ekonomi, budi daya teripang dan rumput laut, batik Malahing, dan homestay.
Meskipun program "Better Living in Malahing" telah selesai pada tahun 2022, korporasi itu tetap berkomitmen membina dan mendampingi masyarakat Malahing, dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pengelola dan mengembangkan pariwisata di Malahing.
Mexi dan warga Kampung Malahing mengikuti berbagai pelatihan tentang pengelolaan desa wisata, homestay, dan pelayanan kepada wisatawan. Secara bahu-membahu, warga kampung juga terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur desa, seperti titian ulin, toilet, dan homestay.
Selain itu, Mexi dan warga Kampung Malahing juga aktif dalam mempromosikan desa wisata mereka, dengan pemasaran produk wisata pada platform digital, dan menjalin kerjasama dengan agen perjalanan wisata.
Kampung Malahing kini menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Indonesia untuk mengembangkan potensi wisata mereka di tengah keterbatasan.
Penghargaan ADWI 2023 menjadi motivasi bagi Mexi dan warga Kampung Malahing untuk terus mengembangkan desa wisata mereka. Mereka bertekad untuk menjadikan Kampung Malahing sebagai desa wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Kami ingin memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat kampung melalui pengembangan pariwisata," ucap Mexi.
Warga Kampung Malahing jua berupaya melakukan pengembangan produk wisata baru, seperti wisata edukasi, budaya, dan wisata petualangan. Mereka juga meningkatkan kualitas produk wisata yang sudah ada, seperti snorkeling dan diving dengan mengikuti uji kompetensi bersertifikat.
Malahing terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna mengembangkan sumber daya manusia di kampung mereka. Ke depan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dalam bidang pariwisata, hospitality, dan bahasa Inggris juga menjadi prioritas yang perlu dipertajam.
Mexi dan warga Kampung Malahing yakin bahwa dengan tekad, kerja keras, dan kerja sama, mereka dapat mewujudkan rencana-rencana dan menjadikan Kampung Malahing sebagai desa wisata yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat desa.
Sukses tersebut merupakan contoh nyata bahwa dengan tekad, kerja keras, dan kerja sama, setiap desa di Indonesia memiliki potensi untuk meraih kesuksesan.
Kisah Kampung Malahing juga menunjukkan bahwa desa wisata tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa, tetapi juga dapat melestarikan alam dan budaya desa, serta memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat.
Editor: Achmad Zaenal M