Jeffrey mengatakan tembakau alternatif punya profil risiko yang lebih rendah dibandingkan terus merokok.
Menurut dia, produk tembakau alternatif berupa rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan zat toksik yang lebih sedikit ketimbang rokok konvensional.
"Adanya inovasi lebih rendah risiko dalam industri tembakau juga perlu dipertimbangkan pemerintah jika benar-benar ingin menekan angka prevalensi merokok," kata Jeffrey.Menurut dia, produk tembakau alternatif berupa rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan zat toksik yang lebih sedikit ketimbang rokok konvensional.
Lebih lanjut dia mengungkapkan ada banyak kesalahan informasi atau hoaks di publik yang menyebutkan produk tembakau alternatif sama berbahaya dengan rokok yang dibakar.
Padahal untuk mendiagnosis penyakit, imbuhnya, harus dilihat dari kombinasi gaya hidup dan level stres seseorang, namun yang disalahkan selalu tembakau.
Jeffrey mengaku saat dokter meminta pasien untuk mengurangi konsumsi, bahkan berhenti merokok secara langsung tidaklah mudah, sehingga perokok dewasa perlu ditawarkan berbagai solusi.
"Di situasi ini perlu adanya keterlibatan dari pemerintah agar jumlah perokok di Indonesia bisa mengalami tren penurunan seperti di beberapa negara lain," ucapnya.
Pakar Nikotin dan Kesehatan Publik Swedia, Karl Fagerström, menerangkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) telah melaporkan bukti ilmiah yang tersedia, termasuk studi epidemiologi jangka panjang pada pengguna produk tembakau alternatif.
Laporan tersebut menunjukkan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kanker mulut, penyakit jantung, kanker paru-paru, stroke, emfisema, dan bronkitis dibandingkan merokok tembakau konvensional.
“Swedia memiliki tingkat kematian jauh lebih rendah akibat kanker paru-paru, kanker lain, dan penyakit kardiovaskular yang biasanya dikaitkan dengan penggunaan rokok, dibandingkan dengan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya,” kata Karl.
Pemerintah Swedia mendukung penggunaan tembakau alternatif. Kini angka prevalensi penduduk merokok di negara tersebut hanya 5,6 persen.
Karl berpesan bahwa prevalensi merokok dapat dikurangi dengan produk tembakau alternatif, sehingga produk tembakau alternatif tidak seharusnya diatur lebih ketat dari rokok.
Baca juga: Asosiasi: Tembakau alternatif hanya diperuntukkan bagi perokok dewasa
Baca juga: PDPI: Rokok elektronik bisa jadi bom waktu beberapa tahun ke depan
Baca juga: Asosiasi: Tembakau alternatif hanya diperuntukkan bagi perokok dewasa
Baca juga: PDPI: Rokok elektronik bisa jadi bom waktu beberapa tahun ke depan