Jakarta (ANTARA) - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyarankan perlunya intervensi kolaboratif guna memastikan produktivitas sekaligus kesehatan pada orang lanjut usia (lansia).

“Untuk memastikan penuaan berjalan dengan sukses dan sehat, ya kita harus memastikan lansia bebas dari kesepian berkepanjangan karena itu akar masalahnya. Dengan apa? Dengan menyediakan lansia jaringan sosial, keterlibatan dalam komunitas serta transisi kehidupan,” jelas Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN Resti Pujihasvuty dalam webinar bertajuk “Lansia-Ku di Era Ageing Population” yang diselenggarakan oleh BRIN di Jakarta pada Rabu.

Oleh karena itu, ia menegaskan penyediaan tiga hal tersebut merupakan strategi intervensi yang bersifat kolaboratif karena melibatkan lansia, keluarga, pemerintah sekaligus lembaga terkait, seperti rumah perawatan atau panti werdha.

Bagi individu yang dalam keadaan sehat akan memasuki masa transisi menuju lansia, ia menyarankan untuk mulai mencari referensi kegiatan sosial, karir kedua maupun komunitas yang dapat memberikan kepuasan hidup sekaligus aktivitas fisik sehingga kondisi sehat tersebut tetap terjaga.

Baca juga: Trenggalek miliki program sekolah nonformal untuk lansia

Sementara di sisi yang lain, keluarga, pemerintah, panti werdha, komunitas maupun masyarakat harus sedini mungkin menciptakan lingkungan yang ramah dan aman untuk menyambut partisipasi aktif lansia secara fisik maupun emosional sehingga meminimalisir kesenjangan, diskriminasi atau bahkan penolakan terhadap kehadiran mereka.

Untuk itu, penyediaan kebijakan, pembangunan infrastruktur, inklusi digital dan finansial, layanan kesehatan hingga berbagai aktivitas pemberdayaan dan pelatihan keterampilan sudah seharusnya sejak awal ikut mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan lansia.

“Jadi tidak serta merta ketika lansia berada di komunitasnya seperti panti werdha akan terhindar dari rasa kesepian. Kami menemukan empat studi yang menyimpulkan prevalensi kesepian justru lebih tinggi di panti werdha,” imbuhnya

Pihaknya meyakini ketika intervensi-intervensi tersebut dijalankan secara bersamaan, lansia akan mengalami proses penuaan yang sehat dan terhindar dari kondisi kesepian berkepanjangan sehingga tetap produktif di usia senja.

Baca juga: BKKBN wujudkan penduduk usia tua yang produktif lewat pendampingan PJP

Sebagai informasi, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan prevalensi lansia alami ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) ringan sebesar 12.8 persen sementara prevalensi lansia alami depresi sebesar 7.7 persen.

“Jadi memang kondisi kesepian memiliki aspek negatif terhadap kesehatan jiwa lansia, mulai dari menyebabkan depresi, percobaan bunuh diri, tekanan psikologis tinggi, kecemasan hingga skizofrenia,” kata Resti.

Bukan hanya itu, ia juga menyebutkan kondisi kesepian dapat menyebabkan lansia mengalami masalah kesehatan fisik, seperti serangan jantung, stroke, kanker, diabetes, alzheimer hingga dalam kondisi yang serius adalah kematian dini pada lansia.

Baca juga: Pakar sebut kiat perbaiki kualitas SDM lewat siklus PMK