Yen menguat karena investor cari "shelter" dari krisis mata uang
25 Januari 2014 07:00 WIB
Uang kertas bernilai 10 euro yang baru diperlihatkan di bank nasional Austria di Wina, Senin (13/1). Uang kertas itu memiliki sejumlah ciri-ciri keamanan baru seperti gambar potret tokoh mitologi Yunani Europa yang bersinar, dan akan diluncurkan pada 23 September 2014. Bank Sentral Eropa memperlihatkan desain uang kertas 10 euro yang baru Senin kemarin, dan mereka mengatakan desain yang baru itu akan membantu untuk tetap berada selangkah di depan para pemalsu uang. (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
New York (ANTARA News) - Yen menguat tajam terhadap dolar dan euro pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor melarikan diri ke mata uang "safe haven" tradisional yen Jepang di tengah jatuhnya beberapa mata uang negara berkembang.
Sementara itu, euro jatuh terhadap greenback, dibeli 1,3678 dolar pada sekitar 22.45 GMT (Sabtu, 05.45 WIB), turun dari 1,3695 dolar pada Kamis, lapor AFP.
Dolar melemah menjadi 102,30 yen dari 103,24 yen pada hari sebelumnya dan euro jatuh menjadi 139,92 yen dari 141,39 yen.
"Volatilitas hari ini dipicu oleh sesuatu yang kita tidak perkirakan terjadi minggu ini, yaitu likuidasi besar-besaran keluar dari aset-aset pasar negara berkembang," kata Kathy Lien dari BK Asset Management.
Kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan di China, menyusul laporan HSBC sebelumnya pekan ini bahwa manufaktur China mengalami kontraksi pada Januari, kegelisahan tentang ekonomi-ekonomi pasar berkembang pada umumnya dan aksi jual pada mata uang mereka.
Lira Turki terus terjun, mencapai rekor terendah terhadap dolar pada Jumat meskipun bank sentral melakukan intervensi besar hari sebelumnya.
Rubel Rusia mencapai rekor terendah terhadap euro dan melemah terhadap dolar ke terendah hampir lima tahun. Peso Argentina jatuh 11 persen pada Kamis, penurunan terbesar sejak 2002.
Kekhawatiran tinggi mendorong penurunan pasar ekuitas global yang meninggalkan saham AS turun dua persen pada Jumat, dengan Dow jatuh paling dalam tujuh bulan.
Lien mengatakan peristiwa risiko yang paling penting minggu mendatang adalah pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve pada Rabu (29/1), karena para investor tegang dan gelisah untuk melihat apakah Fed akan terus memotong stimulus moneter besar-besarannya.
Banyak analis memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral akan memangkas lagi 10 miliar dolar AS dari pembelian aset bulanannya. Pada Desember FOMC mengatakan akan mulai mengurangi stimulusnya sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan pada Januari.
"Ketidakpastian kebijakan The Fed berarti berlanjutnya volatilitas untuk mata uang," kata Lien.
Dolar menguat terhadap pound Inggris, dibeli 1,6483 dolar dibandingkan dengan 1,6638 dolar pada Kamis.
Mata uang Swiss, "safe haven" tradisional lainnya di tengah ketidakpastian ekonomi, menguat terhadap greenback. Dolar jatuh menjadi 0,8945 franc Swiss dari 0,8972 franc.
Penerjemah: Apep Suhendar
Sementara itu, euro jatuh terhadap greenback, dibeli 1,3678 dolar pada sekitar 22.45 GMT (Sabtu, 05.45 WIB), turun dari 1,3695 dolar pada Kamis, lapor AFP.
Dolar melemah menjadi 102,30 yen dari 103,24 yen pada hari sebelumnya dan euro jatuh menjadi 139,92 yen dari 141,39 yen.
"Volatilitas hari ini dipicu oleh sesuatu yang kita tidak perkirakan terjadi minggu ini, yaitu likuidasi besar-besaran keluar dari aset-aset pasar negara berkembang," kata Kathy Lien dari BK Asset Management.
Kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan di China, menyusul laporan HSBC sebelumnya pekan ini bahwa manufaktur China mengalami kontraksi pada Januari, kegelisahan tentang ekonomi-ekonomi pasar berkembang pada umumnya dan aksi jual pada mata uang mereka.
Lira Turki terus terjun, mencapai rekor terendah terhadap dolar pada Jumat meskipun bank sentral melakukan intervensi besar hari sebelumnya.
Rubel Rusia mencapai rekor terendah terhadap euro dan melemah terhadap dolar ke terendah hampir lima tahun. Peso Argentina jatuh 11 persen pada Kamis, penurunan terbesar sejak 2002.
Kekhawatiran tinggi mendorong penurunan pasar ekuitas global yang meninggalkan saham AS turun dua persen pada Jumat, dengan Dow jatuh paling dalam tujuh bulan.
Lien mengatakan peristiwa risiko yang paling penting minggu mendatang adalah pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve pada Rabu (29/1), karena para investor tegang dan gelisah untuk melihat apakah Fed akan terus memotong stimulus moneter besar-besarannya.
Banyak analis memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral akan memangkas lagi 10 miliar dolar AS dari pembelian aset bulanannya. Pada Desember FOMC mengatakan akan mulai mengurangi stimulusnya sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan pada Januari.
"Ketidakpastian kebijakan The Fed berarti berlanjutnya volatilitas untuk mata uang," kata Lien.
Dolar menguat terhadap pound Inggris, dibeli 1,6483 dolar dibandingkan dengan 1,6638 dolar pada Kamis.
Mata uang Swiss, "safe haven" tradisional lainnya di tengah ketidakpastian ekonomi, menguat terhadap greenback. Dolar jatuh menjadi 0,8945 franc Swiss dari 0,8972 franc.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: