Petugas TPST modern Mataram dilengkapi alat pelindung telinga
19 Juni 2024 16:27 WIB
Sejumlah petugas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggunakan alat pelindung diri (APD) termasuk kini pelindung telinga. ANTARA/Nirkomala.
Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah memberikan alat pelindung telinga bagi pekerja di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya Mataram agar terhindar dari gangguan pendengaran.
"Begitu ada instruksi untuk penggunaan alat pelindung telinga bagi pekerja TPST, kami langsung beli," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi, di Mataram, Rabu.
Usulan pembelian alat pelindung telinga untuk pekerja di TPST modern Sandubaya itu disampaikan oleh Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana karena pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi modern ini seperti sebuah pabrik yang menimbulkan suara tinggi di areal TPST.
Baca juga: DLH Mataram siapkan APD khusus bagi petugas di TPST Modern Sandubaya
Denny mengatakan alat pelindung telinga itu hanya diberikan kepada petugas pemilah sampah yang berada di dalam TPST sekitar 50 orang dari 75 pekerja di TPST itu.
"Sementara petugas di luar termasuk operator tidak kita berikan, sebab suara tinggi terjadi di dalam mesin pemilah sampah," katanya.
Setelah pembagian alat pelindung telinga itu, lanjutnya, semua petugas pemilah sampah diwajibkan menggunakannya.
Dia mengakui suara mesin pemilah sampah di TPST memang cukup tinggi, kalau berada di dalam sekitar 2-3 jam saja, bisa berpengaruh terhadap pendengaran.
Baca juga: 60 persen sampah di Mataram-NTB bakal terkelola di TPST modern
"Oleh karena itu, pekerja kita wajibkan menggunakan alat pelindung telinga," katanya.
Denny mengatakan, kegiatan uji coba TPST modern yang dimulai 3 Juni 2024 hingga kini masih berlanjut dengan volume sampah yang sudah masuk sekitar 20 ton dari total 46 ton.
Salah satu kendala yang dihadapi sehingga 46 ton sampah dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara belum bisa masuk TPST modern, karena para pekerja masih belum terbiasa dengan kecepatan memilah sampah.
"Untuk memilah sampah ini butuh kecepatan, sementara SDM kita masih beradaptasi," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram dapat bantuan Rp18 miliar bangun TPST modern
Namun demikian, Denny optimistis saat peresmian TPST modern yang dijadwalkan bulan Agustus 2024, semua sampah di TPST lama sebanyak 46 ton bisa diolah maksimal di TPST modern.
"Begitu ada instruksi untuk penggunaan alat pelindung telinga bagi pekerja TPST, kami langsung beli," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi, di Mataram, Rabu.
Usulan pembelian alat pelindung telinga untuk pekerja di TPST modern Sandubaya itu disampaikan oleh Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana karena pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi modern ini seperti sebuah pabrik yang menimbulkan suara tinggi di areal TPST.
Baca juga: DLH Mataram siapkan APD khusus bagi petugas di TPST Modern Sandubaya
Denny mengatakan alat pelindung telinga itu hanya diberikan kepada petugas pemilah sampah yang berada di dalam TPST sekitar 50 orang dari 75 pekerja di TPST itu.
"Sementara petugas di luar termasuk operator tidak kita berikan, sebab suara tinggi terjadi di dalam mesin pemilah sampah," katanya.
Setelah pembagian alat pelindung telinga itu, lanjutnya, semua petugas pemilah sampah diwajibkan menggunakannya.
Dia mengakui suara mesin pemilah sampah di TPST memang cukup tinggi, kalau berada di dalam sekitar 2-3 jam saja, bisa berpengaruh terhadap pendengaran.
Baca juga: 60 persen sampah di Mataram-NTB bakal terkelola di TPST modern
"Oleh karena itu, pekerja kita wajibkan menggunakan alat pelindung telinga," katanya.
Denny mengatakan, kegiatan uji coba TPST modern yang dimulai 3 Juni 2024 hingga kini masih berlanjut dengan volume sampah yang sudah masuk sekitar 20 ton dari total 46 ton.
Salah satu kendala yang dihadapi sehingga 46 ton sampah dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara belum bisa masuk TPST modern, karena para pekerja masih belum terbiasa dengan kecepatan memilah sampah.
"Untuk memilah sampah ini butuh kecepatan, sementara SDM kita masih beradaptasi," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram dapat bantuan Rp18 miliar bangun TPST modern
Namun demikian, Denny optimistis saat peresmian TPST modern yang dijadwalkan bulan Agustus 2024, semua sampah di TPST lama sebanyak 46 ton bisa diolah maksimal di TPST modern.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: