Surabaya (ANTARA News) - Status Gunung Bromo yang setinggi 2.393 meter di atas permukaan laut mulai Selasa (5/9) dinaikkan menjadi Siaga, kata Kepala Badan Geologi dan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Bandung Dr Ir Surono. Di Gunung Bromo sejak 2 September 2006 telah terekam aktivitas getaran tremor vulkanik yang cenderung tinggi hingga 23 mili meter (mm), meski sempat turun 2 mm, namun sejak Senin (4/9) aktivitas getaran vulkaniknya kembali meningkat hingga 26 mm, demikian keterangan persnya yang diterima ANTARA News, Selasa. Jika sebelumnya di Gunung Bromo angka amplitude getaran tremor vulkaniknya berkisar antara 0,5 mm hingga 5 mm, maka pada Selasa mengalami kenaikan dari 23 mm menjadi 26 mm. Sementara itu, ia menjelaskan, kondisi sulfatera atau asap putih dari kawah Gunung Bromo juga sudah mengalami perubahan warna, dan asap sudah nampak berwarna putih kelabu agak tebal setinggi 25 meter hinga 50 meter dari bibir kawah, serta bau belerang sangat menyengat. Ia mengemukakan, dengan meningkatnya status Gunung Bromo itu, maka pihaknya terus meningkatkan pemantauan guna melakukan evaluasi kegiatan di kawasan tersebut. Selain itu, pemerintah daerah setempat bersama pihak Taman Nasional Bromo Tengger-Semeru, juga senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Bromo di Cemora Lawang ataupun dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Untuk mengantisipasi terjadinya korban bencana, masyarakat dan pengunjung kawasan wisata Gunung Bromo disarankan untuk tidak mendekati atau mendaki dalam radius satu km dari kawah aktif Gunung Bromo. Surono juga mengimbau, agar masyarakat di sekitar Gunung Bromo hendaknya mengikuti arahan Satuan Kordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) setempat. (*)