Korban banjir Bekasi terserang diare dan gatal-gatal
23 Januari 2014 21:18 WIB
Sampah Akibat Banjir Alat berat digunakan untuk mengeruk sampah Kali Ciliwung yang menumpuk di Jembatan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (23/1). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat total sampah akibat banjir yang melanda Ibu Kota mencapai 300 ton per hari. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru) ()
Bekasi (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mencatat mayoritas korban banjir di wilayah setempat mengidap penyakit gatal dan diare, kata Kepala Seksi Surveilance Bidang Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti, di Cikarang, Kamis.
"Kesimpulan itu merupakan data yang kita peroleh pascabanjir dalam beberapa hari terakhir. Penyakit didominasi dengan penyakit gatal dan diare," ia menjelaskan.
Menurut dia, sampai saat ini data yang diterimanya dari petugas Puskesmas menyatakan bahwa penyakit gatal paling dominan diderita oleh para korban banjir.
"Sampai saat ini yang paling dominan penyakit gatal. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena air yang kotor bisa saja menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut," katanya.
Menurut dia, sebagian dari para pengungsi banjir pun sering mengalami penyakit pusing disertai dengan diare.
Menurut dia, stok obat-obatan perlu diperbanyak mengingat banjir yang melanda Kabupaten Bekasi lebih besar dibanding dengan banjir yang terjadi di tahun sebelumnya.
"Memang banjir sekarang lebih besar dibanding tahun lalu, karena sekarang bisa dikatakan banjir merata ke seluruh wilayah," katanya.
Menurut dia, pasien dengan penyakit gatal telah diberikan obat berupa salep kulit. Sedangkan pasien dengan diare diberikan oralit.
Enny mengatakan, Dinkes Kabupaten Bekasi telah mendirikan posko kesehatan di masing-masing lokasi banjir dengan mengandalkan petugas Puskesmas selama 24 jam.
"Dari tahun ke tahun, pos kesehatan selalu kita siapkan di titik- titik bencana. Lagipula semua pihak juga memiliki peranan untuk ini, seperti dari kesehatan pun terbantu dengan petugas kepolisian, TNI dan pihak lainnya," ujarnya.
Enny meminta kepada korban banjir untuk bersabar bila obat yang dibutuhkan mengalami kekurangan akibat keterlambatan distribusi.
"Keterlambatan obat disebabkan berbagai alasan, seperti sulitnya wilayah untuk dijangkau karena terisolir atau dikarenakan obat yang dibutuhkan masih menunggu," katanya.
(KR-AFR/E001)
"Kesimpulan itu merupakan data yang kita peroleh pascabanjir dalam beberapa hari terakhir. Penyakit didominasi dengan penyakit gatal dan diare," ia menjelaskan.
Menurut dia, sampai saat ini data yang diterimanya dari petugas Puskesmas menyatakan bahwa penyakit gatal paling dominan diderita oleh para korban banjir.
"Sampai saat ini yang paling dominan penyakit gatal. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena air yang kotor bisa saja menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut," katanya.
Menurut dia, sebagian dari para pengungsi banjir pun sering mengalami penyakit pusing disertai dengan diare.
Menurut dia, stok obat-obatan perlu diperbanyak mengingat banjir yang melanda Kabupaten Bekasi lebih besar dibanding dengan banjir yang terjadi di tahun sebelumnya.
"Memang banjir sekarang lebih besar dibanding tahun lalu, karena sekarang bisa dikatakan banjir merata ke seluruh wilayah," katanya.
Menurut dia, pasien dengan penyakit gatal telah diberikan obat berupa salep kulit. Sedangkan pasien dengan diare diberikan oralit.
Enny mengatakan, Dinkes Kabupaten Bekasi telah mendirikan posko kesehatan di masing-masing lokasi banjir dengan mengandalkan petugas Puskesmas selama 24 jam.
"Dari tahun ke tahun, pos kesehatan selalu kita siapkan di titik- titik bencana. Lagipula semua pihak juga memiliki peranan untuk ini, seperti dari kesehatan pun terbantu dengan petugas kepolisian, TNI dan pihak lainnya," ujarnya.
Enny meminta kepada korban banjir untuk bersabar bila obat yang dibutuhkan mengalami kekurangan akibat keterlambatan distribusi.
"Keterlambatan obat disebabkan berbagai alasan, seperti sulitnya wilayah untuk dijangkau karena terisolir atau dikarenakan obat yang dibutuhkan masih menunggu," katanya.
(KR-AFR/E001)
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: