Jakarta (ANTARA News) - Jakarta menempati urutan ke-20 sebagai kota dengan populasi terbanyak yang terancam banjir pesisir pada tahun 2070.

Rilis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, menyebutkan berdasarkan laporan Ranking of the Worlds Cities Most Exposed to Coastal Flooding Today and in the Future yang dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Jakarta menempati urutan ke-20 dalam hal kota dengan populasi terbanyak yang terancam banjir pesisir pada 2070 (termasuk perubahan iklim dan perubahan sosial ekonomi), setelah Calcutta, Mumbai, Dhaka, Guangzhou, Ho Chi Minh City, Shanghai, Bangkok, dan Tokyo.

Dalam rilis disebutkan, infrastruktur yang buruk dan perencanaan tata kota yang tidak optimal, jika disertai dengan musibah banjir monsun dapat menyebabkan tanah longsor, dan mengakibatkan kerusakan jalan, bangunan, perumahan dan fasilitas umum. Hal ini dapat berujung dengan terganggunya perekonomian dan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan laporan Nature Climate Change, kerugian rata-rata akibat banjir pada 2005 secara global diperkirakan mencapai enam miliar dolar AS per tahun, dan diperkirakan dapat meningkat menjadi 52 miliar dolar AS pada 2050.

Sementara Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaporkan bahwa jumlah kerugian ekonomi akibat banjir di wilayah Jabodetabek pada awal Februari 2007 diperkirakan mencapai Rp5,16 triliun.

Sementara menurut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, banjir besar yang terjadi pada awal 2013 di Jakarta menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari Rp20 triliun.

(A064/B012)