Mesir terkejut dengan pengucilan dari temu puncak AS-Afrika
23 Januari 2014 01:15 WIB
Pendukung kepala tentara Mesir dan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi mengangkat poster bergambar dirinya saat merayakan disahkannya konstitusi baru di Lapangan Tahrir di Kairo, Sabtu (18/1). Lebih 98 persen pemilih mendukung konstitusi baru Mesir dalam referendum minggu ini, menurut keterangan pihak terkait, walaupun hasil akhir lebih rendah dari yang diindikasikan pejabat, dengan hanya 40 persen para pemilih yang ikut serta. (REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)
Kairo (ANTARA News) - Mesir pada Rabu menyatakan sangat terkejut pada keputusan sekutu lamanya, Amerika Serikat, mengucilkannya dari temu puncak bergengsi Afrika, yang diselenggarakan Presiden Barack Obama.
Mesir bergabung dengan paria dunia, Sudan dan Zimbabwe, dalam daftar pendek negara Afrika tidak termasuk 47 yang diundang untuk berkumpul pada Agustus tersebut, lapor AFP.
Pejabat Amerika Serikat menyatakan Mesir tidak memenuhi syarat untuk hadir, karena diskors Afrika Bersatu menyusul penggulingan presiden terpilih Mohamed Morsi oleh tentara pada Juli.
Juru bicara kementerian luar negeri Mesir Badr Abdelbati menyatakan keputusan Amerika Serikat itu "salah" dan menunjukkan "kekurangan pandangan".
"Mesir sangat terkejut dengan pernyataan Amerika Serikat tentang alasannya, terutama karena temu puncak itu tidak diadakan di bawah naungan Afrika Bersatu dan hanya pertemuan puncak Amerika Serikat dengan negara Afrika," kata juru bicara tersebut.
Washington hanya menggambarkan penggulingan Moursi pada tahun lalu itu kudeta, yang dengan sendirinya memicu penghentian semua bantuan.
Tapi negara adidaya itu menghentikan 1,5 miliar dolar Amerika Serikat setahun terutama dalam bantuan ketentaraan pada Oktober sebagai keberatan atas kegagalan tentara bergerak lebih cepat menuju pemerintahan warga terpilih.
Pada pekan lalu, Mesir mengadakan penentuan pendapat rakyat mengenai undang-undang dasar baru, yang disusun pemerintah buatan tentara penguasa, tapi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menanggapi denga, "Itu bukan suara menentukan demokrasi."
Setelah Moursi digulingkan, pemerintah bentukan tentara menumpas pendukungnya. Sedikit-dikitnya, 1.000 orang, sebagian besar warga Muslim, tewas dan ribuan lagi ditahan sejak penindasan itu dimulai pada Agustus.
Pemerintah kemudian mengumumkan Persaudaraan Muslim, dengan Moursi salah seorang tokohnya, sebagai kelompok teroris.
Tapi, pemerintah juga menetapkan peta jalan untuk mengembalikan negara itu pada pemerintah warga terpilih. Langkah pertamanya adalah merancang undang-undang dasar baru itu, yang disetujui dalam penentuan pendapat rakyat, walaupun pemungutan suara itu diboikot Persaudaraan Muslim dan sekutunya.
Pemilihan anggota parlemen dan presiden dijadwalkan diselenggarakan pada akhir tahun ini.
Penerjemah: Boyke Soekapdjo
Mesir bergabung dengan paria dunia, Sudan dan Zimbabwe, dalam daftar pendek negara Afrika tidak termasuk 47 yang diundang untuk berkumpul pada Agustus tersebut, lapor AFP.
Pejabat Amerika Serikat menyatakan Mesir tidak memenuhi syarat untuk hadir, karena diskors Afrika Bersatu menyusul penggulingan presiden terpilih Mohamed Morsi oleh tentara pada Juli.
Juru bicara kementerian luar negeri Mesir Badr Abdelbati menyatakan keputusan Amerika Serikat itu "salah" dan menunjukkan "kekurangan pandangan".
"Mesir sangat terkejut dengan pernyataan Amerika Serikat tentang alasannya, terutama karena temu puncak itu tidak diadakan di bawah naungan Afrika Bersatu dan hanya pertemuan puncak Amerika Serikat dengan negara Afrika," kata juru bicara tersebut.
Washington hanya menggambarkan penggulingan Moursi pada tahun lalu itu kudeta, yang dengan sendirinya memicu penghentian semua bantuan.
Tapi negara adidaya itu menghentikan 1,5 miliar dolar Amerika Serikat setahun terutama dalam bantuan ketentaraan pada Oktober sebagai keberatan atas kegagalan tentara bergerak lebih cepat menuju pemerintahan warga terpilih.
Pada pekan lalu, Mesir mengadakan penentuan pendapat rakyat mengenai undang-undang dasar baru, yang disusun pemerintah buatan tentara penguasa, tapi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menanggapi denga, "Itu bukan suara menentukan demokrasi."
Setelah Moursi digulingkan, pemerintah bentukan tentara menumpas pendukungnya. Sedikit-dikitnya, 1.000 orang, sebagian besar warga Muslim, tewas dan ribuan lagi ditahan sejak penindasan itu dimulai pada Agustus.
Pemerintah kemudian mengumumkan Persaudaraan Muslim, dengan Moursi salah seorang tokohnya, sebagai kelompok teroris.
Tapi, pemerintah juga menetapkan peta jalan untuk mengembalikan negara itu pada pemerintah warga terpilih. Langkah pertamanya adalah merancang undang-undang dasar baru itu, yang disetujui dalam penentuan pendapat rakyat, walaupun pemungutan suara itu diboikot Persaudaraan Muslim dan sekutunya.
Pemilihan anggota parlemen dan presiden dijadwalkan diselenggarakan pada akhir tahun ini.
Penerjemah: Boyke Soekapdjo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: