Lebih dari 10.000 korban banjir Karawang mengungsi
22 Januari 2014 15:01 WIB
Evakuasi Korban Banjir. Sejumlah relawan mengevakuasi korban banjir yang merendam di perumahan Griya Ayu, Singaraja, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (21/1). Banjir di Indramayu semakin meluas selain akibat curah hujan yang tinggi juga disebabkan jebolnya tanggul sungai Cimanuk dan merendam sedikitnya 25 kecamatan. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Karawang (ANTARA News) - Lebih dari 10 ribu orang warga Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengungsi akibat banjir yang terjadi di berbagai daerah sekitar Karawang, sejak sepekan terakhir.
Bupati Karawang Ade Swara mengatakan, titik-titik pengungsian korban banjir tersebar di berbagai daerah sekitar Karawang yang terkena banjir.
Sesuai dengan laporan yang diterima, hingga Selasa (21/1) petang, pengungsi korban banjir di Karawang mencapai 11.941 jiwa. Mereka tersebar di Desa Segaran Kecamatan Batujaya, Alun Alun Karawang, termasuk mengungsi di aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Titik pengungsi lainnya ialah sekitar Masjid Al Jihad Karawang, kantor Desa Pagadungan dan Desa Jayanegara Kecamatan Tempuran.
Sedangkan para korban banjir di Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat mengungsi di sekitar kantor desa setempat, dan para korban banjir dari Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, menempati posko pengungsian kompleks ruko Karawang Hijau.
Menurut bupati, untuk membantu korban banjir, pihaknya sudah menyalurkan bantuan makanan dan keperluan yang dibutuhkan korban banjir di tenda pengungsian.
"Selain menurunkan cadangan beras pemerintah, pemda juga mengerahkan perahu karet untuk evakuasi, termasuk membagikan makanan, sarung, baju, seragam sekolah, tikar, termasuk air mineral," katanya.
Untuk penyebab banjir di Karawang, kata dia, akibat aliran Sungai Cipamingkis yang berasal dari Cianjur dan Bogor bertemu dengan aliran Sungai Cibeet. Selanjutnya aliran sungai itu bertemu dengan Sungai Citarum yang berasal dari Bendung Walahar.
Penyebab lainnya, aliran Sungai Ciherang yang bermuara di Sungai Cilamaya dari Bendung Barugbug serta aliran Sungai Cilamaya yang berasal dari Subang. Ditambah lagi dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Dengan begitu, banjir yang terjadi di Karawang sejak sepekan terakhir akibat tingginya curah hujan disertai meluapnya Sungai Citarum, Cibeet, dan Sungai Cilamaya.
Bupati Karawang Ade Swara mengatakan, titik-titik pengungsian korban banjir tersebar di berbagai daerah sekitar Karawang yang terkena banjir.
Sesuai dengan laporan yang diterima, hingga Selasa (21/1) petang, pengungsi korban banjir di Karawang mencapai 11.941 jiwa. Mereka tersebar di Desa Segaran Kecamatan Batujaya, Alun Alun Karawang, termasuk mengungsi di aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Titik pengungsi lainnya ialah sekitar Masjid Al Jihad Karawang, kantor Desa Pagadungan dan Desa Jayanegara Kecamatan Tempuran.
Sedangkan para korban banjir di Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat mengungsi di sekitar kantor desa setempat, dan para korban banjir dari Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, menempati posko pengungsian kompleks ruko Karawang Hijau.
Menurut bupati, untuk membantu korban banjir, pihaknya sudah menyalurkan bantuan makanan dan keperluan yang dibutuhkan korban banjir di tenda pengungsian.
"Selain menurunkan cadangan beras pemerintah, pemda juga mengerahkan perahu karet untuk evakuasi, termasuk membagikan makanan, sarung, baju, seragam sekolah, tikar, termasuk air mineral," katanya.
Untuk penyebab banjir di Karawang, kata dia, akibat aliran Sungai Cipamingkis yang berasal dari Cianjur dan Bogor bertemu dengan aliran Sungai Cibeet. Selanjutnya aliran sungai itu bertemu dengan Sungai Citarum yang berasal dari Bendung Walahar.
Penyebab lainnya, aliran Sungai Ciherang yang bermuara di Sungai Cilamaya dari Bendung Barugbug serta aliran Sungai Cilamaya yang berasal dari Subang. Ditambah lagi dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Dengan begitu, banjir yang terjadi di Karawang sejak sepekan terakhir akibat tingginya curah hujan disertai meluapnya Sungai Citarum, Cibeet, dan Sungai Cilamaya.
Pewarta: M Ali Khumaini
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014
Tags: