Jakarta (ANTARA) - Setiap 14 Juni diperingati sebagai Hari Donor Darah Sedunia untuk meningkatkan kesadaran adanya pihak-pihak membutuhkan darah yang aman serta menjadi bentuk apresiasi kepada mereka yang mendonorkan darah secara sukarela, menyelamatkan banyak jiwa manusia.

Dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Hari Donor Darah Sedunia atau World Blood Donor Day (WBDD) juga menjadi pengingat bahwa layanan yang memberikan akses kepada pasien untuk darah yang aman adalah salah satu kunci penting dalam sistem kesehatan yang efektif.

Dalam peringatan pada tahun ini, WHO bersama para mitranya ingin merayakan para pendonor darah lewat tema "20 years of celebrating giving: thank you blood donors!" atau diterjemahkan "20 tahun merayakan pemberian: terima kasih para pendonor darah!"

Peringatan Hari Donor Darah Sedunia sendiri dimulai pada 2004 oleh empat organisasi internasional yaitu WHO, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, International Federation of Blood Donor Organizations (IFBDO) dan International Society of Blood Transfusion (ISBT).

Hari Donor Darah Sedunia merupakan salah satu dari 11 kampanye kesehatan publik global resmi yang dilakukan oleh WHO.

Pemilihan tanggal 14 Juni sendiri diambil berdasarkan hari kelahiran Karl Landsteiner, penerima Nobel karena penemuannya akan sistem penggolongan darah A, B, O dan AB. Dia juga dijuluki sebagai bapak transfusi.

Berkat penemuan ilmuwan kelahiran 14 Juni 1868 itu, orang-orang kini dapat melakukan transfusi darah dengan aman dan tidak sembarangan. Pada 1937, Landsteiner bersama Alexander S. Wiener menemukan faktor resus dalam darah, yang memungkinkan dilakukannya transfusi darah yang aman dan tidak membahayakan pasien.

Baca juga: Dokter jelaskan berbagai manfaat donor darah
Baca juga: Jakpus targetkan 1.000 kantong darah untuk penuhi stok di Jakarta


Peringatan Hari Donor Darah Sedunia juga menjadi pengingat bahwa masih terdapat kebutuhan akan kantong-kantong darah di Indonesia.

Menurut data Kementerian Kesehatan pada 2017, produksi darah dan komponennya mencapai 4,1 juta kantong dari 3,4 juta donasi per tahun. Masih di bawah standar WHO untuk memastikan terdapat 5,1 juta kantong darah per tahun atau sekitar 2 persen dari penduduk Indonesia.

Padahal, beragam pasien di Indonesia membutuhkan darah untuk transfusi. Terdapat para penderita penyakit yang membutuhkan transfusi darah secara rutin termasuk penyandang talasemia mayor dan penderita hemofilia.

Tidak hanya itu, terkadang ada situasi yang membutuhkan transfusi darah dengan cepat atau pasien membutuhkan tambahan darah termasuk pasien DBD, pasien yang menderita pendarahan usai operasi atau melahirkan, kelainan ginjal dan lain sebagainya.

Untuk itu, menandai 20 tahun sejak Hari Donor Darah Sedunia mulai diperingati, momen ini merupakan waktu yang tepat menyoroti peran para pendonor akan aksi yang dapat menyelamatkan banyak nyawa tersebut. Sekaligus juga menjadi penanda masih banyak tantangan yang dihadapi serta dorong yang dibutuhkan untuk memastikan akses transfusi darah yang aman dapat diakses semua pihak di berbagai belahan dunia.

Biarlah di Hari Donor Darah Sedunia menjadi saat yang tepat untuk mendorong peningkatan aksi donor darah tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia, untuk membantu sesama yang membutuhkan.

Baca juga: Ini manfaat rutin donor darah tiga bulan sekali
Baca juga: Pola makan sebelum donor darah berpotensi reaksi alergi pada penerima