RI tekankan WMO harus lakukan aksi nyata atasi potensi bencana
13 Juni 2024 14:46 WIB
Tangkapan layar - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mewakili delegasi Pemerintah Indonesia, Kamis (13/6), menjabarkan gagasan pentingnya aksi organisasi dunia mengatasi dampak yang ditimbulkan fenomena El Nino dan La Nina dalam forum “The 78th session of the Executive Council (EC-78) WMO”. Forum yang diprakarsai World Meteorological Organization (WMO) akan berlangsung pada 10-14 Juni 2024 di Jeneva, Swiss. (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menekankan penting bagi World Meteorological Organization (WMO) selaku badan khusus ilmu bumi dan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan aksi nyata mengatasi potensi bencana alam.
Indonesia mendelegasikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati untuk menyampaikan gagasan tersebut dalam forum PBB bertajuk “The 78th session of the Executive Council (EC-78) WMO” 10-14 Juni 2024 di Jeneva, Swiss.
“Mempertimbangkan untuk tidak terbatas pada layanan informasi dalam konteks mengantisipasi, tapi juga (WMO) harus mengkondisikan aksi apa yang harus dilakukan terhadap dampaknya,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam tayangan video daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kepala BMKG terpilih lagi menjadi Executive Council WMO
Dwikorita menjabarkan perumusan dan melaksanakan aksi penanggulangan dampak bencana bersama-sama akan lebih bermanfaat dan juga berimplikasi langsung kepada masyarakat global-regional ketimbang layanan informasi seputar cuaca dan iklim yang sejauh ini dilakukan oleh WMO.
Meskipun di sisi lain BMKG sangat mengapresiasi pelayanan informasi dari lembaga PBB tersebut karena telah menjabarkan secara komprehensif fenomena El Nino dan La Nina sebagai pemicu kerentanan iklim, kekeringan, cuaca ekstrem hujan deras, angin kencang, dan turunan bencana hidro-meteorologi lainnya.
Dalam hal ini ia menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara yang merasakan manfaat positif atas informasi WMO tersebut yang semakin memperkuat keandalan dan ketepatan antisipasi potensi dampak yang ditimbulkan El Nino dan La Nina tersebut kepada masyarakat.
Baca juga: BMKG siapkan 3 misi utama untuk pemilihan Presiden WMO 2023-2027
Namun belum meratanya ketersediaan peralatan berteknologi termuktahir, kepakaran/kemampuan individu dalam menganalisis dinamika iklim sejumlah negara untuk mengantisipasi potensi dampak yang ditimbulkan menjadi salah satu alasan kuat supaya lembaga dunia itu mempertimbangkan gagasan BMKG.
Oleh karena itu BMKG berharap dewan WMO dengan segala sumber daya yang dimiliki dalam waktu dekat bisa mewadahi aksi tersebut bersama otoritas iklim dan cuaca dari negara anggota secara aktif dan berkelanjutan.
“Mohon (gagasan) ini dipertimbangkan, khususnya kepada member,” ujar mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Baca juga: Menteri Basuki dukung kerja sama meteorologi WMO dan BMKG
Indonesia mendelegasikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati untuk menyampaikan gagasan tersebut dalam forum PBB bertajuk “The 78th session of the Executive Council (EC-78) WMO” 10-14 Juni 2024 di Jeneva, Swiss.
“Mempertimbangkan untuk tidak terbatas pada layanan informasi dalam konteks mengantisipasi, tapi juga (WMO) harus mengkondisikan aksi apa yang harus dilakukan terhadap dampaknya,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam tayangan video daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kepala BMKG terpilih lagi menjadi Executive Council WMO
Dwikorita menjabarkan perumusan dan melaksanakan aksi penanggulangan dampak bencana bersama-sama akan lebih bermanfaat dan juga berimplikasi langsung kepada masyarakat global-regional ketimbang layanan informasi seputar cuaca dan iklim yang sejauh ini dilakukan oleh WMO.
Meskipun di sisi lain BMKG sangat mengapresiasi pelayanan informasi dari lembaga PBB tersebut karena telah menjabarkan secara komprehensif fenomena El Nino dan La Nina sebagai pemicu kerentanan iklim, kekeringan, cuaca ekstrem hujan deras, angin kencang, dan turunan bencana hidro-meteorologi lainnya.
Dalam hal ini ia menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara yang merasakan manfaat positif atas informasi WMO tersebut yang semakin memperkuat keandalan dan ketepatan antisipasi potensi dampak yang ditimbulkan El Nino dan La Nina tersebut kepada masyarakat.
Baca juga: BMKG siapkan 3 misi utama untuk pemilihan Presiden WMO 2023-2027
Namun belum meratanya ketersediaan peralatan berteknologi termuktahir, kepakaran/kemampuan individu dalam menganalisis dinamika iklim sejumlah negara untuk mengantisipasi potensi dampak yang ditimbulkan menjadi salah satu alasan kuat supaya lembaga dunia itu mempertimbangkan gagasan BMKG.
Oleh karena itu BMKG berharap dewan WMO dengan segala sumber daya yang dimiliki dalam waktu dekat bisa mewadahi aksi tersebut bersama otoritas iklim dan cuaca dari negara anggota secara aktif dan berkelanjutan.
“Mohon (gagasan) ini dipertimbangkan, khususnya kepada member,” ujar mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Baca juga: Menteri Basuki dukung kerja sama meteorologi WMO dan BMKG
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: