Ambon (ANTARA) - Direktur Sekolah Staf Dinas Luar Negeri, Tubagus Suchranudi menyatakan, peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan Ke-76 dan Sesdilu Internasional Melanesian Spearhead Group (MSG) dapat menjadi agen perubahan kota Ambon, Maluku.

"Kehadiran para peserta sesdilu dapat mengenal Kota Ambon dengan lebih baik dan menjadi agen perubahan untuk perbaikan bagi kota ini ke depan, " katanya di Ambon, Rabu.

Baca juga: Edukasi keterbukaan informasi perlu berangkat dari kampus

Ia mengatakan, peserta Diklat Sesdilu angkatan ke-76 Kemlu RI sebanyak 30 orang dan program Sesdilu Internasional diikuti 10 peserta dari negara-negara MSG yaitu Fiji, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, dan Vanuatu.

Rangkaian kegiatan di Ambon, para peserta mengunjungi Negeri Rutong untuk belajar banyak hal terkait pariwisata, ekonomi hijau, bagaimana cara mengorganisir masyarakat agar dapat eksis jangka panjang.

Baca juga: KLHK: Pemuda berperan jadi agen perubahan dalam lestarikan lingkungan

Diharapkan peserta Sesdilu dapat melihat langsung bagaimana konsep keberlangsungan, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan, yang bisa dijadikan daya tarik pariwisata.

"Mudah-mudahan Ambon bukan saja terkenal di Indonesia tetapi juga bisa menjadi kebanggaan di dunia internasional, " katanya.

Baca juga: DPR: Gen Z bisa jadi agen perubahan positif lewat inovasi-kreativitas

Peserta Sesdilu Internasional juga diikuti 10 peserta dari negara-negara Melanesian, dimana Indonesia juga menjadi anggota.

Kedekatan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik tidak hanya merujuk faktor kedekatan geografis, tetapi juga kedekatan warisan budaya, bahasa, dan praktik-praktik umum masyarakat sosialnya.

"Kami menghadirkan peserta negara Melanesian, karena kita harus kita akui bahwa Indonesia juga memiliki suku melanesia yang juga terbesar, dibandingkan ke empat negara tersebut, sehingga kita lakukan melalui kerjasama strategi, " ujarnya.

Baca juga: KLHK libatkan mahasiswa IPB University jadi agen perubahan iklim

Sekian menikmati atraksi budaya, para peserta juga diajak melihat ekowisata hutan sagu negeri Rutong yang masih dilestarikan hingga sekarang dan merupakan negeri dengan hutan sagu terbesar di kota Ambon.

Hutan sagu dapat dilihat proses menghasilkan pati sagu dimulai dari pemilihan pohon sagu yang layak tebang, pembersihan dan pemotongan batang sagu, kemudian bagian isi pohon sagu yang berwarna putih akan dikeruk proses ini disebut pukul sagu.

Baca juga: Nadiem: Guru Penggerak agen perubahan dalam transformasi pendidikan
Baca juga: YJI Sulut: Remaja dapat jadi agen perubahan pola hidup sehat