Jakarta (ANTARA) - PT Bank DBS Indonesia memberikan fasilitas pinjaman berjangka hijau kepada PT Kaer Investments Indonesia (Kaer) untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan itu di Indonesia melalui kemitraan yang disepakati kedua belah pihak.

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie mengatakan bahwa ini merupakan kesepakatan terkait keberlanjutan perdana DBS Indonesia di segmen usaha kecil dan menengah (UKM), yang menandai tonggak penting yang dicapai bersama klien dalam memajukan agenda keberlanjutan.

“Kami sangat antusias menyaksikan kesadaran akan isu-isu keberlanjutan di semua industri dan segmen di pasar Indonesia yang terus meningkat. Kami percaya bahwa semua pelaku bisnis harus mengintegrasikan agenda ini ke dalam seluruh proses bisnis mereka,” kata Lie dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Kaer merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam menyediakan pendingin untuk bangunan komersial dan industri di seluruh Asia serta menjadi pelopor model bisnis Cooling as a Service (CaaS) untuk membantu pemilik aset mempercepat transisi mereka ke pendinginan rendah karbon.

Model bisnis CaaS telah diakui secara global sebagai cara yang paling berkelanjutan untuk mendinginkan bangunan dan bisnis yang sepenuhnya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurut perseroan, setiap sistem pendingin dalam portofolio Kaer memenuhi peringkat keberlanjutan tertinggi di wilayah mereka dan mematuhi semua standar ESG lokal dan internasional.

Kaer juga menyediakan solusi pendinginan yang didukung oleh energi terbarukan, dengan beberapa aset dalam portofolio yang menggunakan 100 persen pendinginan bertenaga surya. Melalui model CaaS, portofolio Kaer diklaim menghemat lebih dari 35.000 metrik ton CO2 setiap tahunnya.

Chief Executive Officer Kaer Investments Justin Taylor mengatakan, momentum untuk CaaS terus berkembang di seluruh wilayah dan Indonesia merupakan peluang yang fantastis bagi Kaer untuk memberikan keuntungan yang signifikan terhadap target dekarbonisasi kami yang agresif.

Hal ini, kata dia, didorong oleh ukuran dan perkiraan pertumbuhan pasar pendingin, permintaan akan pendingin rendah karbon, dan ketersediaan energi terbarukan.”

“Saya berterima kasih atas kemitraan dan dukungan dari Bank DBS Indonesia dalam memperluas portofolio kami di seluruh Indonesia,” kata Taylor.

Adapun Bank DBS Indonesia sendiri secara konsisten mempromosikan agenda keberlanjutan, dengan tujuan untuk bermitra dengan para nasabah dalam perjalanan mereka menuju model bisnis yang lebih rendah karbon dan meningkatkan akses ke investasi berbasis environmental, social, and governance (ESG). Pada tahun 2023, Bank DBS Indonesia memperluas portofolionya dengan menyalurkan kredit terkait ESG sebesar Rp6,1 triliun.

Sebelumnya pada 2020, DBS Group memperkenalkan Taksonomi dan Kerangka Kerja Transisi Keuangan yang disebut menjadi yang pertama di dunia. Berdasarkan kerangka kerja ini, DBS Group menawarkan berbagai solusi pembiayaan berkelanjutan termasuk sustainability-linked loans, sustainability bonds, pinjaman hijau, dan pembiayaan perdagangan hijau.

Baca juga: DBS proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen pada 2024
Baca juga: DBS Indonesia salurkan pendanaan transisi hijau Rp6,1 triliun di 2023