Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan Indonesia harus terbuka dengan semua opsi sumber energi, mulai dari fosil hingga energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

"Kehidupan kita tidak bisa berhenti dan semuanya tergantung pada energi, khususnya listrik," katanya di Jakarta, Rabu.

Handoko menuturkan, negara-negara maju dan mapan, seperti Jepang dan Jerman yang sangat terdepan dengan energi hijau sekarang justru kembali ke batu bara.

Indonesia memiliki banyak opsi dan potensi yang bisa dikembangkan untuk energi mulai dari yang paling sederhana berupa pembangkit listrik tenaga air hingga listrik tenaga matahari yang sudah banyak dipakai dan efisien, termasuk turbin angin.

Meski potensi sumber energi ramah lingkungan itu tersedia melimpah, namun letak astronomis dan geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dengan mayoritas lautan membuat suplai setrum bersih tersebut belum optimal.

Sinar matahari yang bisa menghasilkan listrik acapkali terhalang oleh awan-awan besar dan tebal, seperti cumulonimbus.

Panas matahari dan laut merupakan kombinasi yang cocok dalam menciptakan awan. Kondisi ini tentu tidak dimiliki oleh negara-negara daratan seperti di kawasan Asia Barat.

Dari sisi angin, Indonesia memiliki monsun yang bertiup secara periodik, sehingga menghambat produksi listrik dari turbin angin.

"Memang untuk saat ini satu-satunya yang paling masuk akal, reliable, dan secara teknologi sudah matang hanya pembangkit listrik tenaga nuklir, suka tidak suka," kata Handoko.

Dalam Rancangan Undang-undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBET) yang sudah selesai direvisi dan akan segera diterbitkan pemerintah, arah kebijakan energi di Indonesia menempatkan nuklir sebagai salah satu sumber listrik di masa depan.

Lebih lanjut Handoko mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara pengimpor bahan bakar, salah satunya minyak dan gas bumi. Sedangkan, batu bara yang ada di negara ini bukan batu bara berkalori tinggi.

Menurutnya, secara ketahanan energi Indonesia masih rentan. Oleh karena itu, Indonesia membutuh sumber-sumber energi yang mapan dan bisa diproduksi secara terus menerus.

"Nuklir salah satu yang mapan dan itu salah satu sumber energi yang menjadi pilihan utama meskipun tidak selalu populer di banyak negara, termasuk di negara kita," kata Handoko.

"Tantangan secara teknologi sudah hampir tidak ada. Kita siap sebenarnya, tetapi ini kan masalah tingkat penerimaan masyarakat dan itu tidak hanya di negara kita, di negara maju juga seperti itu," katanya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), minyak bumi dan batu bara masih mendominasi bauran energi di Indonesia.

Pada tahun 2023, bauran minyak bumi dalam energi primer nasional tercatat sebesar 30,18 persen dan batu bara mencapai 40,46 persen. Sedangkan angka bauran gas bumi sebanyak 16,28 persen dan energi baru terbarukan hanya sebesar 13,09 persen.