"Pusat ini akan menjadi tempat bertukar ide, masukan secara rutin terkait bagaimana kita dapat bekerja sama untuk Asia Timur yang lebih baik," kata Direktur Eksekutif CEAS Dr Rizal Sukma dalam sambutannya saat acara Peresmian CEAS Universitas Prasetiya Mulya, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, lembaga studi itu akan membahas sejumlah perihal hubungan internasional mulai dari sektor politik, keamanan, hingga ekonomi.
Pusat studi akan mempelajari sejumlah negara Asia Timur, antara lain Jepang, China, dan Korea Selatan.
"Kita ingin lakukan dua hal, pertama yakni membangun pengetahuan yang cukup sehingga akan ada expertise atau ahli di bidang kawasan Asia Timur," kata Rizal.
Tujuan kedua dari institusi itu yakni mencetak SDM yang mendalami hal-hal di kawasan dan juga memiliki perspektif pentingnya Asia Timur bagi Indonesia.
Asia Timur pun membutuhkan peran Indonesia untuk bisa menjembatani persoalan kecurigaan, friksi di antara negara-negara Asia Timur, ujar Rizal.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI pada 2001-2009, Hassan Wirajuda, mengatakan CEAS diharapkan menjadi platform penelitian kawasan Asia Timur yang kini menjadi pusat dunia.
"Untuk mengenal lebih dekat negara-negara di Asia Timur dan menjadi platform penelitian kerja sama di berbagai bidang; politik, ekonomi, budaya," kata Hasan.
Sejumlah tokoh hadir dalam acara peresmian itu antara lain Dewan Penasihat CEAS Jusuf Wanandi, Rektor Universitas Prasetiya Mulia Prof Djisman Simandjuntak, serta beberapa perwakilan kedutaan besar asing di Jakarta.
Baca juga: FPCI: Prabowo kenalkan strategi diplomasi lewat kunjungan Asia Timur
Baca juga: Bank Dunia memproyeksikan Asia Timur-Pasifik 2024 tumbuh 4,8 persen
Baca juga: FPCI: Prabowo kenalkan strategi diplomasi lewat kunjungan Asia Timur
Baca juga: Bank Dunia memproyeksikan Asia Timur-Pasifik 2024 tumbuh 4,8 persen