Jakarta (ANTARA) - Dokter dari RS Fatmawati dr J Nethasia Louhenapessy mengatakan, donor apheresis memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan donor darah, seperti keamanan bagi pasien yang menerima darah.

Dalam siaran "Satu Tetes Berjuta Makna - Hari Donor Darah Sedunia" oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta Selasa, Nethasia menjelaskan bahwa dalam donor apheresis, yang diambil dari donor hanya plasma serta trombosit. Hal itu berbeda dengan donor darah, di mana satu kantong diisi seluruh komponen darah.

"Kalau pasiennya membutuhkan 10 kantong trombosit, itu dari donor darah biasa memanggil 10 orang. Kalau dengan donor apheresis, cukup 1 orang mewakili 10 orang," kata dokter itu.

Menurutnya, hal tersebut lebih aman karena 10 orang tersebut memiliki antibodi yang berbeda-beda, dibandingkan donor darah trombosit dari satu orang saja.

Dia menjelaskan bahwa proses donor apheresis memakan waktu yang lebih lama, yaitu 1,5 hingga 2 jam, atau 1 jam, tergantung kadar trombosit pendonornya.

Proses pengambilan plasma dan trombosit, ujarnya, menggunakan sebuah mesin yang memilah kedua komponen tersebut, serta mengembalikan darah merah ke tubuh.

Selain itu, ujarnya, pendonor apheresis dapat menjadi donor kembali dalam waktu dua minggu.

Dia menjelaskan, terdapat sejumlah syarat untuk menjadi donor darah, antara lain sehat jasmani dan rohani, berusia 17-65 tahun, berat badan minimal 45 kg, suhu tubuh 36-37 celsius.

"Tekanan darahnya untuk sistoliknya 100 sampai 150 untuk sistolik, dan untuk diastoliknya 70 sampai 100 tekanan darahnya. Denyut nadinya 50 sampai 100 kali per menit, dan diperiksa hemoglobinnya dalam range 12,5 sampai 17 gram per dl," katanya.

Menurutnya, ada sejumlah tipe orang yang tidak boleh mendonorkan darahnya, seperti orang yang sedang demam atau batuk dan pilek, dan apabila mereka berminat mendonorkan darahnya perlu satu minggu setelah selesai meminum obat antibiotik.

Tipe-tipe lainnya, ujarnya, antara lain pengidap kanker, epilepsi, penyakit menular seperti HIV dan hepatitis B, serta orang dengan gangguan perdarahan.

Menurutnya, generasi muda perlu lebih aktif menjadi donor darah, karena setetes darah mereka dapat menyelamatkan nyawa orang lain.