Gelombang tinggi, warga Ponelo Kepulauan Gorontalo Utara terisolir
18 Januari 2014 09:24 WIB
Ilustrasi. Perahu nelayan di pesisir utara Tangerang nekat melaut meski ombak masih tinggi, dikawasan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (17/1). (ANTARA FOTO/Lucky.R/Koz/mes/14.)
Gorontalo (ANTARA News) - Warga Ponelo Kepulauan di Kabupaten Gorontalo Utara, mulai terisolir akibat gelombang tinggi dan angin kencang yang terus melanda perairan perairan utara Gorontalo.
Camat Ponelo, Ayuba Thalib, Sabtu, mengaku kondisi tersebut mulai terjadi Kamis (16/1), bahkan pemukiman warga bagian depan pulau, diterjang gelombang tinggi melewati atap rumah.
Kejadian naas juga menimpa warganya, Hasyim dari Dusun Bihe, Desa Ponelo, yang pagi tadi sekitar pukul 07.00 Wita nekat menyeberang ke Kecamatan Kwandang, membawa 8 karung gabah untuk digiling.
Perahu terbalik bersama seluruh hasil panen, beruntung nyawa Hasyim masih bisa tertolong meski perahu bermesin katinting miliknya terpaksa dibiarkan hanyut.
Imbauan melalui seluruh kepala desa di pulau tersebut juga diintensifkan, agar warga khususnya pelajar yang bersekolah di Kecamatan Kwandang dan Tomilito untuk sementara tidak menyeberang lautan.
Gelombang tinggi dan angin kencang ini, kata Ayuba juga menghentikan aktivitas warga dari Pulau Malambe, Tihengo ke Ponelo dan sebaliknya.
Sebagian warga memilih berjalan kaki lebih dari 2 kilo meter untuk saling bertukar bahan kebutuhan pokok harian.
"Saya dan seluruh aparatur termasuk tenaga medis terpaksa berjalan kaki ke wilayah yang tidak bisa dijangkau menggunakan transportasi laut, agar bisa tetap melakukan pelayanan kepada masyarakat," ujar Ayuba.
Ia menambahkan, sejak Jumat malam (17/1) gelombang laut terus menghantam pemukiman warga meski belum ada yang mengungsi.
Namun dipastikan tanggul pengaman di wilayah tersebut, mulai rusak terkikis gelombang tinggi.
Camat Ponelo, Ayuba Thalib, Sabtu, mengaku kondisi tersebut mulai terjadi Kamis (16/1), bahkan pemukiman warga bagian depan pulau, diterjang gelombang tinggi melewati atap rumah.
Kejadian naas juga menimpa warganya, Hasyim dari Dusun Bihe, Desa Ponelo, yang pagi tadi sekitar pukul 07.00 Wita nekat menyeberang ke Kecamatan Kwandang, membawa 8 karung gabah untuk digiling.
Perahu terbalik bersama seluruh hasil panen, beruntung nyawa Hasyim masih bisa tertolong meski perahu bermesin katinting miliknya terpaksa dibiarkan hanyut.
Imbauan melalui seluruh kepala desa di pulau tersebut juga diintensifkan, agar warga khususnya pelajar yang bersekolah di Kecamatan Kwandang dan Tomilito untuk sementara tidak menyeberang lautan.
Gelombang tinggi dan angin kencang ini, kata Ayuba juga menghentikan aktivitas warga dari Pulau Malambe, Tihengo ke Ponelo dan sebaliknya.
Sebagian warga memilih berjalan kaki lebih dari 2 kilo meter untuk saling bertukar bahan kebutuhan pokok harian.
"Saya dan seluruh aparatur termasuk tenaga medis terpaksa berjalan kaki ke wilayah yang tidak bisa dijangkau menggunakan transportasi laut, agar bisa tetap melakukan pelayanan kepada masyarakat," ujar Ayuba.
Ia menambahkan, sejak Jumat malam (17/1) gelombang laut terus menghantam pemukiman warga meski belum ada yang mengungsi.
Namun dipastikan tanggul pengaman di wilayah tersebut, mulai rusak terkikis gelombang tinggi.
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: