"Hamas" sambut baik pelarangan ekspor mineral mentah
15 Januari 2014 23:11 WIB
ilustrasi Sebuah alat berat mengeruk pasir dan kerikil ke sebuah truk di areal tambang rakyat di Kelurahan Watusampu, Kec. Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (25/3). Aktivitas tambang yang dulunya dikelola secara tradisional itu, kini sudah menggunakan peralatan berat sehingga dikhawatirkan akan merusak lingkungan, (FOTO ANTARA/Basri Marzuki)
Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Hatta-Ali Masykur Musa (Hamas) Indonesia menyambut baik keputusan Pemerintah RI yang melarang ekspor mineral mentah dalam waktu relatif singkat.
"Itu kebijakan yang sangat luar biasa," kata Sekjen Hamas Edi Darma Pohan dalam keterangan persnya di Jakarta Rabu.
Menurut Edi Darma, salah satu dampak positif pelarangan tersebut adalah hari ini harga nikel naik tajam di Chicago Marchentile Exchange karena pasokan dari Indonesia berkurang.
"Negara kita kan menguasai sekitar 20 persen pasokan nikel dunia, maka kebijakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa itu selain bisa menaikkan pajak ekspor mineral mentah, sehingga nyata-nyata menguntungkan nama Indonesia sebagai suatu bangsa," ujarnya.
Dia menjelaskan, pelarangan ekspor mineral mentah adalah keberanian yang luar biasa, sehingga perlu untuk diapresiasi. "Karena sebelum diterapkan, sangat banyak penolakan-penolakan didalam negeri atas keputusan itu khususnya dari pihak-pihak yang menyebut dirinya pengusaha minerba," tuturnya.
"Mungkin perasaan mereka itu benar, namun hari ini kita melihat ternyata kebijakan Hatta Rajasa itu berbuah untuk seluruh bangsa ini," katanya.
Bukan hanya untuk Pemerintah atau pengusaha semata, kata Edi Darma, dirinya sendiri turut bangga mengetahui efek positif kebijakan itu.
"Kalau dari awal kami tahu bahwa efek kebijakan tersebut akan seperti hari ini positifnya, maka sudah pasti pemahaman para pengusaha tentu tidak akan seperti beberapa waktu yang lalu," ujarnya.
Ia menambahkan, kebijakan itu juga sangat penting bagi pemanfaatan hasil alam oleh bangsa kita karena selama ini lebih banyak dinikmati oleh bangsa lain dengan harga sangat murah.
"Sikap yang diawal-awal tidak populer seperti ini harusnya bisa melekat pada pemimpin bangsa, karena ternyata setelah kebijakan itu berjalan memberikan sumbangsih besar bagi negara. Itu kalau mau Indonesia maju dan bermartabat di dunia internasional," pungkasnya.(*)
"Itu kebijakan yang sangat luar biasa," kata Sekjen Hamas Edi Darma Pohan dalam keterangan persnya di Jakarta Rabu.
Menurut Edi Darma, salah satu dampak positif pelarangan tersebut adalah hari ini harga nikel naik tajam di Chicago Marchentile Exchange karena pasokan dari Indonesia berkurang.
"Negara kita kan menguasai sekitar 20 persen pasokan nikel dunia, maka kebijakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa itu selain bisa menaikkan pajak ekspor mineral mentah, sehingga nyata-nyata menguntungkan nama Indonesia sebagai suatu bangsa," ujarnya.
Dia menjelaskan, pelarangan ekspor mineral mentah adalah keberanian yang luar biasa, sehingga perlu untuk diapresiasi. "Karena sebelum diterapkan, sangat banyak penolakan-penolakan didalam negeri atas keputusan itu khususnya dari pihak-pihak yang menyebut dirinya pengusaha minerba," tuturnya.
"Mungkin perasaan mereka itu benar, namun hari ini kita melihat ternyata kebijakan Hatta Rajasa itu berbuah untuk seluruh bangsa ini," katanya.
Bukan hanya untuk Pemerintah atau pengusaha semata, kata Edi Darma, dirinya sendiri turut bangga mengetahui efek positif kebijakan itu.
"Kalau dari awal kami tahu bahwa efek kebijakan tersebut akan seperti hari ini positifnya, maka sudah pasti pemahaman para pengusaha tentu tidak akan seperti beberapa waktu yang lalu," ujarnya.
Ia menambahkan, kebijakan itu juga sangat penting bagi pemanfaatan hasil alam oleh bangsa kita karena selama ini lebih banyak dinikmati oleh bangsa lain dengan harga sangat murah.
"Sikap yang diawal-awal tidak populer seperti ini harusnya bisa melekat pada pemimpin bangsa, karena ternyata setelah kebijakan itu berjalan memberikan sumbangsih besar bagi negara. Itu kalau mau Indonesia maju dan bermartabat di dunia internasional," pungkasnya.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: