Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia dr. Alexandra Gabriella Sp.J.P FIHA pertolongan yang tepat pada penderita gangguan irama jantung (aritmia) dengan gejala pingsan mendadak dapat mencegah kondisi lebih parah bahkan menyelamatkan nyawa penderita.

Dalam diskusi aritmia gangguan irama jantung bersama RS Pondok Indah Group di Jakarta, Jumat, Gabi mengatakan pingsan adalah salah satu gejala dari aritmia. Pingsan yang disebut berbahaya dan tanda aritmia adalah tanpa gejala awal yang jelas, terjadi saat sedang aktivitas atau posisi terlentang, terdapat riwayat sakit jantung dan riwayat meninggal mendadak pada keluarga.

Hal itu karena irama jantung yang bisa tiba-tiba cepat atau melambat, atau juga yang tiba-tiba ada detak yang menghilang (skip a beat). Jika dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik pasien bisa meninggal di tempat.

Baca juga: Stress dan kafein bisa picu gangguan irama jantung

Baca juga: Penderita aritmia disarankan tidak melakukan pijat di leher


Gabi mengatakan cara tepat untuk menolong seseorang yang pingsan mendadak adalah pertama mengecek respon pasien dengan menepuk bahunya dan memanggil nama orang tersebut. "Jika pasien tidak memberikan respon tanda kesadaran, orang di sekitar harus segera memanggil bantuan dengan berteriak minta tolong atau telepon nomor darurat 112 untuk pertolongan medis."

Sambil menunggu pertolongan medis datang, orang yang menolong bisa mengecek napas korban dan memeriksa detak nadi, bisa dari pergelangan tangan atau di leher di bawah rahang.

Selain itu, awam juga bisa melakukan bantuan hidup dasar dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau kerap dikenal dengan cardiopulmonary resuscitation (CPR) dengan teknik yang benar. CPR dilakukan terus sampai korban sadar atau sampai bantuan medis datang.

“Jika pasien tidak sadarkan diri, posisikan diri dan lingkungan aman, lakukan pijat jantung, posisikan tubuh di sisi korban dan pastikan tangan pada posisi yang benar, lakukan pijat jantung yang kuat dengan kecepatan setidaknya 100 kali per menit dan kedalaman lima centimeter,” katanya.

Gabi mengatakan pelatihan bantuan hidup dasar bisa dipelajari di mana-mana dan bisa untuk orang awam, bahkan di luar negeri CPR diajarkan dari sekolah dasar. Hal ini penting agar jika menemukan seseorang pingsan mendadak bisa langsung ditangani agar bisa menyelamatkan nyawanya.

Ia juga meluruskan mitos bahwa menepuk lipatan siku dapat menyadarkan pasien yang sedang pingsan mendadak.

“Itu nggak ada penjelasan medis, malah itu suatu mitos yang salah dan diluruskan kalau orang pingsan yang ditepuk bahunya, mengecek respon pingsan beneran apa nggak,” katanya.

Baca juga: Cara deteksi kelainan jantung berdebar dengan cara mudah

Baca juga: Kemenkes: Waspadai irama detak jantung yang tak beraturan

Baca juga: Ahli bagikan cara mudah cek kesehatan jantung lewat "MENARI"