Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Climate Change Center (ICCC) menyatakan investasi untuk membangun pembangkit listrik bisa mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil yang ada di Indonesia.
Artissa mengatakan, penyediaan listrik di daerah terpencil akan menguntungkan semua pihak.
Menurut ICCC, saat ini pemerintah Indonesia baru mampu memenuhi 75 persen kebutuhan listrik masyarakatnya."Kira-kira 30 miliar dolar AS investasi perlu diundang untuk melayani
listrik di daerah terpencil namun pertumbuhan pembangunannya bisa
mencapai enam miliar dolar AS per tahun," kata Artissa Panjaitan, Koordinator
Strategi Pembangunan Rendah Emisi ICCC.
"Jika ada satu rupiah diinvestasikan kemudian menjadi tiga rupiah di
tahun-tahun berikutnya, mengapa tidak lekas dikerjakan?" kata Artissa dalam acara diskusi Dewan Nasional Perubahan Iklim di Jakarta, Rabu.Artissa mengatakan, penyediaan listrik di daerah terpencil akan menguntungkan semua pihak.
"Investor
bisa cepat kembali modalnya, ekonomi masyarakat terbangun cepat dan
pemerintah mendapatkan keuntungan ekonomi makro," kata dia.
Penduduk yang belum bisa menikmati listrik sebagian besar tersebar di daerah-daerah terpencil yang berpenduduk sedikit.
Selain itu masyarakat di beberapa daerah sampai sekarang belum bisa mendapatkan pasokan listrik selama 24 jam.
Menurut ICCC, volume permintaan listrik di daerah terpencil relatif kecil membuat pembangunan jaringan listrik terpusat akan menghabiskan banyak anggaran negara dan tidak ekonomis.
ICCC menganggap solusi tepat untuk menyediakan pasokan listrik 24 jam sepanjang tahun di daerah terpencil adalah dengan membangun pembangkit listrik berbahan bakar gas atau biomassa.
Artissa menambahkan, pemerintah tidak perlu khawatir harus menyediakan lebih banyak subsidi untuk membantu masyarakat daerah terpencil mengakses listrik.
"Di daerah terpencil Papua, untuk masyarakat yang mendapatkan listrik secara terbatas saja biaya pulsa handphone mereka jauh lebih besar dari ongkos listriknya, jadi jangan khawatir," katanya.