Tradisi telur hias peringati Maulid di Maros
14 Januari 2014 17:22 WIB
Ilustrasi. Sejumlah warga mengusung Dalung berisikan makanan di atas kepalanya untuk dikendurikan (sedekahkan) pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lapangan upacara Lhoksukon, Aceh Utara, Provinsi Aceh. (ANTARA/Rahmad)
Makassar (ANTARA News) - Tradisi telur hias dengan pernak-pernik menjadi momentum penting dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
"Ini merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Bugis-Makassar yang masih tetap dipelihara masyarakat di Kabupaten Maros, Sulsel," kata salah seorang warga Kampung Pammelakkang Jene, Muliati di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Selasa.
Dia mengatakan, pada perayaan Maulid Nabi Muhammad yang digelar di Masjid Nuruttaqwa setiap tahunnya dimeriahkan dengan telur hias dan aneka lauk-pauk yang ditempatkan dalam ember dan baskom plastik yang telah dihiasi dengan pernak-pernik.
Menurut dia, secara sukarela setiap rumah tangga akan menyiapkan aneka makanan maupun minuman itu yang kemudian dikumpulkan di masjid sebelum shalat dhuhur.
"Setelah shalat dhuhur maka semua jamaah akan berdoa bersama dan menggelar barzanji serta dzikir, kemudian hantaran itu dibagi-bagi oleh pihak panitia pada seluruh rumah tangga," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Maulid Masjid Nuruttaqwa di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulsel Suardi mengatakan, makna dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ala Bugis-Makassar adalah untuk mempererat silaturrahim.
"Juga untuk memupuk jiwa sosial, karena di sini ditekankan untuk saling berbagi. Semua keluarga akan mendapatkan hantaran dan telur hias tanpa terkecuali dan ini diprioritaskan pada masyarakat miskin," katanya.
Karena itu, bagi keluarga yang tergolong mampu biasanya membawa dua hingga tiga ember untuk dikumpulkan di masjid. Sementara yang diperoleh setelah pembagian hanya satu ember, itu pun dari keluarga lain. Sehingga tidak ada pembagian dari masjid milik sendiri, karena sudah diacak oleh pihak panitia untuk menumbuhkan kebersamaan.
(S036/Z002)
"Ini merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Bugis-Makassar yang masih tetap dipelihara masyarakat di Kabupaten Maros, Sulsel," kata salah seorang warga Kampung Pammelakkang Jene, Muliati di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Selasa.
Dia mengatakan, pada perayaan Maulid Nabi Muhammad yang digelar di Masjid Nuruttaqwa setiap tahunnya dimeriahkan dengan telur hias dan aneka lauk-pauk yang ditempatkan dalam ember dan baskom plastik yang telah dihiasi dengan pernak-pernik.
Menurut dia, secara sukarela setiap rumah tangga akan menyiapkan aneka makanan maupun minuman itu yang kemudian dikumpulkan di masjid sebelum shalat dhuhur.
"Setelah shalat dhuhur maka semua jamaah akan berdoa bersama dan menggelar barzanji serta dzikir, kemudian hantaran itu dibagi-bagi oleh pihak panitia pada seluruh rumah tangga," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Maulid Masjid Nuruttaqwa di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulsel Suardi mengatakan, makna dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ala Bugis-Makassar adalah untuk mempererat silaturrahim.
"Juga untuk memupuk jiwa sosial, karena di sini ditekankan untuk saling berbagi. Semua keluarga akan mendapatkan hantaran dan telur hias tanpa terkecuali dan ini diprioritaskan pada masyarakat miskin," katanya.
Karena itu, bagi keluarga yang tergolong mampu biasanya membawa dua hingga tiga ember untuk dikumpulkan di masjid. Sementara yang diperoleh setelah pembagian hanya satu ember, itu pun dari keluarga lain. Sehingga tidak ada pembagian dari masjid milik sendiri, karena sudah diacak oleh pihak panitia untuk menumbuhkan kebersamaan.
(S036/Z002)
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: