Semarang (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Sutiyoso berpendapat penyelesaian banjir di Jakarta yang sudah menjadi hal klasik perlu penanganan dari hilir dan hulu.

"Tidak mudah menyelesaikan banjir di Jakarta. Tidak bisa diselesaikan di hilir saja, harus di hulu juga," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Senin.

Usai dialog kebangsaan "Mencari Pemimpin Indonesia; Dari Kampus untuk Negeri", mantan Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya (Pangdam Jaya) itu mengemukakan, banjir yang menggenangi Jakarta sebenarnya paling besar karena kiriman air dari arah selatan sehingga perlu penanganan terpadu dengan Pemerintah Jakarta dan sekitarnya.

Ia mengatakan, semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pernah mengusulkan konsep manajemen megapolitan sehingga ada pengelolaan terpadu di Jakarta dan daerah sekitarnya dalam menangani banjir.

"Tetapi, pemerintah kan gak pernah merespons itu," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu.

Menanggapi wacana banyak kalangan mengenai pemindahan ibu kota negara, ia mengatakan, langkah tersebut juga tidak bisa menyelesaikan persoalan banjir.

"Apakah kalau ibu kota dipindah, terus banjir di Jakarta ilang? Kan tidak juga. Karena itu, harus tetap ditangani," ujarnya.

Ia mengemukakan pula, sudah ada konsep yang disiapkannya semasa menjabat Gubernur DKI Jakarta untuk menangani banjir, yakni salah satunya dengan membangun waduk-waduk raksasa di daerah selatan Jakarta.

"Tujuannya untuk apa? Untuk membelokkan aliran dari 13 sungai. Jadi, sebelum masuk ke Jakarta dibelokkan dulu ke situ," katanya.

Ketika ditanya pers, apakah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bakal mampu mengatasi masalah banjir di wilayah kerjanya, Sutiyoso pun menjawab: "Mudah-mudahan, kita lihat saja nanti." (*)