Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Police Watch mengimbau kepada institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia agar jangan mengedepankan arogansi terhadap masyarakat yang akan memicu perlawanan.

"Sikap dan perilaku anggotanya jangan lagi mengedepankan arogansi dan represif," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada Antara di Jakarta, Senin.

Neta berpesan juga dalam melatih jajarannya harus meliputi psikologi dan stabilitas emosional.

"Pendidikan di SPN jangan hanya tiga-lima bulan, minimal dua tahun agar polisi di jajaran bawah bisa terlatih dan profesional dalam menghadapi para pelaku kriminal," katanya.

Dia mengatakan pernyataan tersebut menyusul perlawanan masyarakat terhadap polisi sejak lima tahun terakhir yang ditandai dengan banyaknya kantor polisi yang dirusak atau dibakar massa, anggota polisi yang dikeroyok bahkan berujung pada penembakan.

Berdasarkan catatan akhir 2013 IPW, tercatat 27 polisi yang tewas, 9 di antaranya ditembak dan 18 dibacok serta ditabrak. Sedangkan dari 72 polisi yang luka, 47 polisi dikeroyok, 14 ditusuk senjata tajam, dan 11 ditembak.

"IPW melihat ada empat tren baru keberanian warga terhadap polisi di 2013.

Pertama, tren menusuk atau membacok polisi di jalanan, baik yang dilakukan penjahat ataupun warga biasa. Bahkan, sejumlah pelanggar lalu lintas, nekat membacok polisi yang hendak menilangnya," katanya

Kedua, lanjut dia, tren menembak polisi di jalanan yang mengakibatkan polisi tewas dan luka.

"Ketiga, tren merampok polisi di jalanan. Meskipun sudah tahu bahwa korbannya adalah polisi, pelaku tetap nekat merampoknya," katanya. Neta menjelaskan tujuannya mengambil sepeda motor polisi tersebut.

Keempat, trend baru perwira polisi menjadi sasaran penembakan dan pembacokan, sehingga ada kapolsek, kapolres, dan perwira lainnya menjadi korban tewas maupun luka.

Seperti pada penembakan Briptu Nurul Affandi (32) di depan salah satu warung rujak di Kampung Klapanunggal RT 04/01 Desa Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat, Jumat, sekitar pukul 13.45 WIB yang menegur seorang diduga akan mencuri sepeda motor.

Kronologi kejadiannya, yakni Nurul sedang memakan asinan di Warung Ibu Titin, kemudian pemilik warung tersebut memanggil orang-orang di sekitar karena ada orang mencurigakan yang diduga hendak mencuri motor.

Nurul kemudian merespon dengan menegur orang yang mencurigakan tersebut "lagi ngapain lo?", kemudian dijawab oleh pelaku "enggak ngapa-ngapain".

Kemudian, pelaku mundur dan langsung dengan cepat menembak kepala Nurul yang langsung tersungkur dan meninggal di tempat. (J010/R021)