"Di sekolah-sekolah itu, harus punya operator dan mereka harus terlatih dengan baik," kata Andreas dalam Rapat Kerja Komisi X dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan hal tersebut kepada Nadiem, sesuai dengan keadaan yang dilihatnya di daerah-daerah, terutama daerah pemilihan (dapil) Andreas, yakni Nusa Tenggara Timur I.
Ia mengatakan di daerah pemilihannya terdapat persoalan jumlah operator. Ia menyampaikan bahwa satu orang operator di dapilnya itu dapat bekerja untuk semua sekolah di kecamatannya dari berbagai tingkatan.
"Banyak juga di daerah yang utama, seperti dapil saya, satu orang operator bekerja untuk SD, SMP, SMA di kecamatan," ujar dia.
Baca juga: DPR: Idealnya butuh Kementerian Pendidikan Agama agar anggaran optimal
Baca juga: Nadiem mengaku cemas lihat angka kenaikan UKT
Hal tersebut, kata dia melanjutkan bernilai penting untuk memastikan setiap sekolah dapat berkomunikasi dengan pihak pusat dan memiliki data yang baik dalam mengimplementasikan pembelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Anita Jacoba. Ia menekankan Kemendikbudristek sudah seharusnya memperhatikan keberadaan operator sekolah.
Menanggapi hal itu, Mendikbudristek Nadiem menyatakan bersedia mendiskusikannya lebih lanjut pada rapat kerja berikutnya.
Operator sekolah merupakan istilah yang umum disandang oleh pengelola data di tingkat satuan pendidikan.
Para operator itu memiliki tugas utama antara lain mengirimkan semua data yang dijaring melalui Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dengan lengkap dan akurat. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat, operator lantas dituntut memiliki ketekunan dan ketelitian tinggi. Kualitas pengelola data yang bertugas itu akan mempengaruhi kualitas Dapodik di satuan pendidikannya.