Khartoum (ANTARA News) - Sudan mengatakan pada Sabtu bahwa pihaknya telah melucuti lebih dari 50 pejuang dari suku Nuer selatan yang melintasi perbatasan, dalam insiden pertama sejak pertempuran dimulai antara tentara Sudan Selatan dan pasukan pemberontak.

Pemimpin pemberontak Sudan Selatan Riek Machar adalah dari suku Nuer sementara Presiden Salva Kiir berasal dari suku mayoritas Dinka.

"Pada 9 Januari satu batalyon Nuer melintasi perbatasan di daerah Heglig," kata juru bicara Angkatan Bersenjata Sudan Sawarmi Khaled Saad dalam sebuah pernyataan.

"Kami melucuti 54 dari mereka dan memperlakukan mereka sebagai pengungsi."

Sisanya, yang menolak untuk menyerahkan senjata mereka, yang "diusir" dan kembali ke Sudan Selatan, ia menambahkan.

Heglig terletak di negara bagian Kordofa Selatan, Sudan berdekatan dengan negara persatuan Sudan Selatan penghasil minyak.

Perbatasan antara kedua negara belum dibatasi.

Pada Jumat pasukan pemberontak Machar kehilangan kendali ibu kota Bentiu kepada pasukan pemerintah.

Pertempuran yang dimulai pada 15 Desember dengan bentrokan di dalam unit tentara memicu kebangkitan tajam kekerasan etnis antara masyarakat Dinka dan Nuer.

Pertempuran telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan memaksa sekitar 43.000 lainnya mengungsi, sebagian besar ke Uganda, Ethiopia dan Kenya, kata PBB.

Hanya 168 "saudara warga Sudan Selatan", sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah menyeberang ke Sudan, kata Komisaris Bantuan Kemanusiaan negara itu pada Jumat, menurut media resmi.

Sebuah sumber di badan pengungsi PBB mengatakan sebelumnya bahwa ratusan orang telah dilaporkan mencari perlindungan di sisi Sudan.

Jutaan orang selatan melarikan diri ke utara selama 22 tahun perang saudara Sudan yang berakhir dengan kesepakatan damai tahun 2005 yang membuka jalan bagi kemerdekaan Sudan Selatan di tahun 2011, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-AK/)