Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut pemberdayaan perempuan dapat menghasilkan para lanjut usia (lansia) yang produktif untuk menyambut bonus demografi.
“Kita ada program pemberdayaan perempuan, tidak ada pemberdayaan laki-laki, karena itu sangat menentukan suksesnya pendapatan dan beban suatu negara. Ketika perempuannya produktif dan di hari tua perempuannya sehat, maka pertumbuhan ekonominya akan tetap jalan,” kata Hasto dalam acara peluncuran Pelayanan KB Serentak sejuta akseptor yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data dan penelitian, kata dia, perempuan memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi daripada laki-laki.

“Kami ikut menganalisis bahwa angka harapan hidup yang panjang adalah ibu-ibu. Bapak-bapak angka harapan hidupnya pendek karena aktif bekerja, sehingga risiko kematian tinggi, ibu-ibu kerjanya lebih tidak ke fisik, dan yang suka merokok juga bapak-bapak, karena itu angka harapan hidupnya lebih pendek,” ucapnya.

Baca juga: BKKBN: Kesehatan lansia perempuan perlu dikawal dengan kuat
Dokter spesialis kandungan itu juga menyoroti Indonesia yang sudah memasuki populasi menua (aging population), sehingga ia menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan agar bonus demografi bisa dinikmati.

Aging population, janda-janda tua fakir miskin itu di beberapa wilayah Indonesia mewarnai kemiskinan ekstrem. Jadi kalau kita bisa memberdayakan perempuan, merawat kesehatan, dan angka harapan hidupnya panjang, maka bonus demografi bisa kita nikmati,” tuturnya.

Menurutnya, agar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia meningkat, Indonesia perlu memperhatikan para generasi muda yang nantinya berpotensi menanggung beban para lansia, ketika mereka memasuki usia produktif.

Baca juga: Kemendikbudristek: Pemerintah antisipasi beban Generasi Sandwich
“Generasi yang bertanggung jawab kepada orang-orang tua itu namanya Generasi Sandwich, harus mampu menanggung orang tua yang lemah, sehingga mereka harus kita ajak supaya memproduksi anak dan keturunannya harus sehat, jarak (kehamilan) diatur sebaik-baiknya supaya bisa menopang populasi menua dengan baik,” paparnya.

Hasto juga menekankan pentingnya peningkatan IPM sejak dini agar otak anak menjadi optimal pertumbuhannya, tidak stunting dan produktif ketika memasuki usia kerja.

“Tahun 2035 Indonesia sudah banyak dipenuhi lansia, banyak orang-orang tua, pendidikan dan ekonominya rendah, kalau generasi di bawahnya tidak cerdas, tidak produktif, berat sekali, karena negara kita tidak ada program untuk mengurangi orang tua,” kata Hasto.

Baca juga: Psikolog UI paparkan tantangan generasi sandwich