Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ditutup menguat di tengah menurunnya PMI manufaktur Amerika Serikat (AS).

Pada akhir perdagangan Selasa, kurs rupiah menanjak 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.220 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.230 per dolar AS.

"Data PMI manufaktur AS bulan Mei juga menunjukkan penurunan. Ini menambah ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

PMI manufaktur ISM AS Mei 2024 tercatat sebesar 48,7, lebih rendah dibandingkan sebelumnya 49,2 pada April 2024, dan di bawah perkiraan sebesar 49,8.

Ariston menuturkan tekanan turun terhadap dolar AS juga kemungkinan imbas dari data indikator inflasi AS, Core PCE Price Index yang dirilis Jumat malam, menunjukkan penurunan sehingga memberikan asa pemangkasan suku bunga acuan AS lagi ke pelaku pasar.

Dari dalam negeri, data inflasi Mei 2024 yang menunjukkan penurunan dibandingkan sebelumnya juga memberikan sentimen positif ke rupiah.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia mengalami inflasi tahunan (year-on-year/yoy) 2,84 persen pada Mei 2024.

Namun di sisi lain, soal pemangkasan suku bunga AS ini masih rentan berubah. Pekan ini ada data penting AS yang ditunggu pelaku pasar global yaitu data tenaga kerja AS.

Data itu akan memberikan ekspektasi baru bagi pelaku pasar soal peluang pemangkasan. Kalau data menunjukkan angka yang membaik, ekspektasi akan berbalik, dolar AS bisa menguat lagi. Jadi, pelaku pasar masih akan berhati-hati menyikapi pelemahan dolar AS saat ini.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menanjak ke level Rp16.220 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.225 per dolar AS.



Baca juga: BI dalam tahap penelitian untuk siapkan peluncuran rupiah digital
Baca juga: BI: Nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter
Baca juga: Uang palsu dengan fosfor beredar, benarkah?