Iran: perbedaan soal penerapan kesepakatan nuklir telah diatasi
11 Januari 2014 08:25 WIB
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton (kanan) dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif tiba untuk konferensi pers di akhir pembicaraan nuklir Iran di Jenewa, Minggu (10/11). (REUTERS/Jason Reed)
Teheran (ANTARA News) - Perbedaan pendapat antara Iran dan negara besar dunia mengenai penerapan kesepakatan sementara nuklir telah diatasi, kata perundingan utama nuklir Iran Abbas Araqchi pada Jumat (10/1).
"Pembicaraan nuklir berakhir di Jenewa (pada Jumat) dan kesepakatan dicapai mengenai masalah yang tersisa," kata Araqchi, yang dikutip Press TV.
"Pengumuman akan dikeluarkan dalam beberapa hari ke depan, jika semua pihak sepakat untuk melakukannya," ia menambahkan sebagaimana dikutip Xinhua.
Iran dan Uni Eropa mengadakan pertemuan di Jenewa pada Kamis dan Jumat guna membahas masalah yang tersisa berkaitan dengan penerapan kesepakatan sementara nuklir yang dicapai antara Teheran dan negara besar dunia pada November.
Abbas Araqchi bertemu dengan Helga Schmid, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang telah mengawasi kontak antara Iran dan keenam negara besar dunia mengenai masalah nuklir di negeri itu.
Para ahli nuklir dari Iran dan keenam negara besar telah menyelenggarakan tiga babak pembicaraan untuk menyelesaikan berbagai masalah teknis sebelum kesepakatan Jenewa dapat dilaksanakan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham mengatakan pertemuan itu dipusatkan pada pembahasan masalah yang tersisa, yakni "keputusan politik yang tertunda" sebelum kesepakatan bisa berlaku pada 20 Januari, tanggal yang diperdebatkan oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan kesepakatan itu, Iran harus berjanji akan mengekang beberapa bagian program nuklirnya selama enam bulan guna menghindari sanksi internasional dan mencegah negara Barat menerapkan tindakan baru terhadap perekonomian Iran, yang telah terpukul oleh embargo.
Pada awal Desember, para ahli juga mengadakan pertemuan selama empat hari di Wina, tepatnya di Kantor Badan Tenaga Atom Internasional, namun wakil Iran melakukan meninggalkan pertemuan setelah Amerika memperluas sanksi tidak sah terhadap Iran.
Oleh karena itu, kesepakatan sementara tersebut ditujukan untuk
memberi waktu bagi diplomasi guna membuat kesepakatan langgeng yang akan menghilangkan kecurigaan negara Barat bahwa Iran akan meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya secara diam-diam.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran sangat serius mengenai dimulainya proses perundingan setelah kesepakatan sementara di Jenewa itu dilaksanakan.
"Kami percaya komitmen bagi kesepakatan Jenewa akan (memungkinkan) kemajuan perundingan ke tahap sulit berikutnya, dan memungkinkan dicapainya kesepakatan menyeluruh," katanya.
Perundingan antara Iran dan negara besar dunia, yang sempat "alot" akibat ketegangan antara pemimpin negara Barat dan mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, mulai "cair" sejak terpilihnya Presiden Iran yang baru Hassan Rouhani --yang dinilai relatif lebih moderat.
Di tengah kondisi yang lebih cair itu, Presiden Rouhani menjanjikan transparansi dalam program nuklir Iran dengan melibatkan negara besar.
Itu ia lakukan dalam upaya menghapus sanksi internasional terhadap Iran, dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat Iran.
(C003)
"Pembicaraan nuklir berakhir di Jenewa (pada Jumat) dan kesepakatan dicapai mengenai masalah yang tersisa," kata Araqchi, yang dikutip Press TV.
"Pengumuman akan dikeluarkan dalam beberapa hari ke depan, jika semua pihak sepakat untuk melakukannya," ia menambahkan sebagaimana dikutip Xinhua.
Iran dan Uni Eropa mengadakan pertemuan di Jenewa pada Kamis dan Jumat guna membahas masalah yang tersisa berkaitan dengan penerapan kesepakatan sementara nuklir yang dicapai antara Teheran dan negara besar dunia pada November.
Abbas Araqchi bertemu dengan Helga Schmid, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang telah mengawasi kontak antara Iran dan keenam negara besar dunia mengenai masalah nuklir di negeri itu.
Para ahli nuklir dari Iran dan keenam negara besar telah menyelenggarakan tiga babak pembicaraan untuk menyelesaikan berbagai masalah teknis sebelum kesepakatan Jenewa dapat dilaksanakan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham mengatakan pertemuan itu dipusatkan pada pembahasan masalah yang tersisa, yakni "keputusan politik yang tertunda" sebelum kesepakatan bisa berlaku pada 20 Januari, tanggal yang diperdebatkan oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan kesepakatan itu, Iran harus berjanji akan mengekang beberapa bagian program nuklirnya selama enam bulan guna menghindari sanksi internasional dan mencegah negara Barat menerapkan tindakan baru terhadap perekonomian Iran, yang telah terpukul oleh embargo.
Pada awal Desember, para ahli juga mengadakan pertemuan selama empat hari di Wina, tepatnya di Kantor Badan Tenaga Atom Internasional, namun wakil Iran melakukan meninggalkan pertemuan setelah Amerika memperluas sanksi tidak sah terhadap Iran.
Oleh karena itu, kesepakatan sementara tersebut ditujukan untuk
memberi waktu bagi diplomasi guna membuat kesepakatan langgeng yang akan menghilangkan kecurigaan negara Barat bahwa Iran akan meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya secara diam-diam.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran sangat serius mengenai dimulainya proses perundingan setelah kesepakatan sementara di Jenewa itu dilaksanakan.
"Kami percaya komitmen bagi kesepakatan Jenewa akan (memungkinkan) kemajuan perundingan ke tahap sulit berikutnya, dan memungkinkan dicapainya kesepakatan menyeluruh," katanya.
Perundingan antara Iran dan negara besar dunia, yang sempat "alot" akibat ketegangan antara pemimpin negara Barat dan mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, mulai "cair" sejak terpilihnya Presiden Iran yang baru Hassan Rouhani --yang dinilai relatif lebih moderat.
Di tengah kondisi yang lebih cair itu, Presiden Rouhani menjanjikan transparansi dalam program nuklir Iran dengan melibatkan negara besar.
Itu ia lakukan dalam upaya menghapus sanksi internasional terhadap Iran, dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat Iran.
(C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: