Tiga orang tewas dalam bentrokan di Mesir
11 Januari 2014 01:45 WIB
Polisi dan pasukan keamanan menahan seorang pria, yang merupakan pendukung Ikhwanul Muslimin dan Presiden Mesir yang digulingkan Muhammad Mursi, di luar akademi polisi dimana sesi sidang kedua Mursi dijadwalkan berlangsung, di pinggiran kota Kairo, Mesir, Rabu (8/1). Kedatangan Mursi di pengadilan Kairo ditunda akibat cuaca buruk, menurut stasiun TV resmi negara tersebut. Mursi dijadwalkan terbang ke akademi polisi di Kairo untuk menjalani persidangan Rabu kemarin. Mursi saat ini ditahan di sebuah penjara di dekat Alexandria. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Kairo (ANTARA News) - Tiga orang tewas dalam bentrokan di Mesir, Jumat, antara pendukung dan penentang Presiden terguling Mohamed Morsi dan polisi menangkap puluhan anggota kelompok garis keras, kata sejumlah pejabat keamanan.
Polisi mengatakan, seorang pedagang kaki-lima tewas tertembak selama bentrokan antara pendukung dan penentang Morsi di kota kawasan Laut Tengah, Iskandariyah.
Polisi menangkap pelaku penembakan dan mengidentifikasinya sebagai seorang anggota kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin kubu Morsi, kata polisi, dengan menambahkan bahwa 25 demonstran juga ditangkap.
Dua orang lagi tewas di kota Suez, dimana bentrokan meletus antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan polisi serta warga yang menentang kelompok tersebut, kata petugas medis dan keamanan.
Kelompok garis keras mengadakan protes di sejumlah kota untuk menuntut pengukuhan kembali Morsi, yang digulingkan oleh militer pada Juli setelah protes massal yang menuntut pengunduran dirinya.
Kementerian dalam negeri mengatakan, polisi menangkap 169 terduga pemrotes di sejumlah wilayah Mesir.
Pada 3 Januari, sedikitnya 17 orang tewas dan lebih dari 100 ditangkap ketika polisi menumpas Ikhwanul Muslimin yang memelopori protes.
Bulan lalu pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.
Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.
Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.
Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.
Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.
Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Polisi mengatakan, seorang pedagang kaki-lima tewas tertembak selama bentrokan antara pendukung dan penentang Morsi di kota kawasan Laut Tengah, Iskandariyah.
Polisi menangkap pelaku penembakan dan mengidentifikasinya sebagai seorang anggota kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin kubu Morsi, kata polisi, dengan menambahkan bahwa 25 demonstran juga ditangkap.
Dua orang lagi tewas di kota Suez, dimana bentrokan meletus antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan polisi serta warga yang menentang kelompok tersebut, kata petugas medis dan keamanan.
Kelompok garis keras mengadakan protes di sejumlah kota untuk menuntut pengukuhan kembali Morsi, yang digulingkan oleh militer pada Juli setelah protes massal yang menuntut pengunduran dirinya.
Kementerian dalam negeri mengatakan, polisi menangkap 169 terduga pemrotes di sejumlah wilayah Mesir.
Pada 3 Januari, sedikitnya 17 orang tewas dan lebih dari 100 ditangkap ketika polisi menumpas Ikhwanul Muslimin yang memelopori protes.
Bulan lalu pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.
Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.
Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.
Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.
Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.
Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: